Hal-hal yang harus diperhatikan ketika Melakukan Khitanan Anak
Ilustrasi gambar dari Sunatan Rhizmy
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembaca GeeglehayoO yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada kita semua. Mengenai Khitanan / Sunat, Kita tahu bahwa itu diwajibkan dalam Islam. Tapi bagaimana kita tahu cara Khitanan yang baik yang sesuai dengan syariat islam? Mungkin ada yang bertanya Mulai dari bolehkah membuat pesta saat sunat / khitanan? sampai hal yang mungkin kamu tidak tahu dan kami akan memberikan hal yang harus diperhatikan saat Khitanan. kita harus mengenal Istilah walimah atau kenduri biasa digunakan untuk pesta perkawinan. Untuk kenduri lainnya, masyarakat Arab memiliki istilah lain di luar kata ‘ walimah’. Tetapi kemudian istilah
walimah digunakan untuk menyebut pelbagai kenduri selain pesta perkawinan.
Keterangan ini bisa kita temukan di buku Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini sebagai berikut.
ﻞﺼﻓ ﺔﻤﻴﻟﻮﻟﺍﻭ ﻰﻠﻋ ﺱﺮﻌﻟﺍ ﺔﺒﺤﺘﺴﻣ ﺔﺑﺎﺟﻹﺍﻭ ﺔﺒﺟﺍﻭ ﺎﻬﻴﻟﺇ ﻦﻣ ﻻﺇ ﺭﺬﻋ ﻡﺎﻌﻃ ﺔﻤﻴﻟﻮﻟﺍ ﺱﺮﻌﻟﺍ ﺔﻘﺘﺸﻣ ﻦﻣ ﻢﻟﻮﻟﺍ ﻮﻫﻭ ﻊﻤﺠﻟﺍ ﻥﻷ ﻦﻴﺟﻭﺰﻟﺍ ﻥﺎﻌﻤﺘﺠﻳ ﻝﺎﻗﻭ ﻲﻌﻓﺎﺸﻟﺍ ﺏﺎﺤﺻﻷﺍﻭ ﺔﻤﻴﻟﻮﻟﺍ ﻊﻘﺗ ﻰﻠﻋ ﺓﻮﻋﺩ ﻞﻛ ﺬﺨﺘﺗ ﺭﻭﺮﺴﻟ ﺙﺩﺎﺣ ﺡﺎﻜﻨﻛ ﻭﺃ ﻥﺎﺘﺧ ﻭﺃ ﺎﻤﻫﺮﻴﻏ ﺎﻬﻟﺎﻤﻌﺘﺳﺍ ﺮﻬﺷﻷﺍﻭ ﺪﻨﻋ ﻕﻼﻃﻹﺍ ﻲﻓ ﺪﻴﻘﺗﻭ ﺡﺎﻜﻨﻟﺍ ﻩﺮﻴﻏ ﻲﻓ ﻝﺎﻘﻴﻓ ﺓﻮﻋﺪﻟ ﻥﺎﺘﺨﻟﺍ ﺓﻮﻋﺪﻟﻭ ﺍﺭﺍﺬﻋﺃ ﺔﻘﻴﻘﻋ ﺓﺩﻻﻮﻟﺍ ﺔﻣﻼﺴﻟﻭ ﻦﻣ ﺓﺃﺮﻤﻟﺍ ﻖﻠﻄﻟﺍ ﺱﺮﺧ ﻡﻭﺪﻘﻟ ﺮﻓﺎﺴﻤﻟﺍ ﺔﻌﻴﻘﻧ ﺀﺎﻨﺒﻟﺍ ﺙﺍﺪﺣﻹﻭ ﺓﺮﻴﻛﻭ ﺎﻤﻟﻭ ﺬﺨﺘﻳ ﺔﻤﻴﺿﻭ ﺔﺒﻴﺼﻤﻠﻟ ﺎﻤﻟﻭ ﻼﺑ ﺬﺨﺘﻳ ﺐﺒﺳ ﺔﺑﺩﺄﻣ
Artinya, “Kenduri perkawinan (walimah) itu dianjurkan. Sedangkan hukum memenuhi undangan kenduri itu wajib kecuali bagi mereka yang udzur. Kata ‘walimah ’ sendiri merupakan pecahan kata ‘walam’ yang maknanya berkumpul karena pasangan suami istri terhubung dalam satu ikatan perkawinan. Walimah sendiri, kata Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah, adalah sebutan untuk undangan kenduri yang diadakan sebagai wujud ungkapan kebahagiaan seperti perkawinan, khitanan, dan lain sebagainya.
Secara mutlak, sebutan ' walimah' digunakan kenduri perkawinan. Untuk kenduri selain perkawinan, kata 'walimah ' digunakan secara terikat. Orang Arab menyebut ‘a‘dzâr ’ untuk kenduri khitanan. ‘ Aqîqah ’ untuk kenduri lahiran anak. ‘ Khurs’ untuk kenduri keselamatan wanita dari persalinan. ‘Naqî‘ah ' untuk kenduri pulang kampung seseorang dari tanah rantau. ‘ Waqîrah’ untuk kenduri bangun rumah dan gedung lainnya. ‘ Wadhîmah’ untuk kenduri selamat dari musibah. ‘ Ma’dabah ’ untuk kenduri selamatan dan syukuran secara umum,” (Lihat Syekh Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar, Darul Basya’ir, Damaskus, Tahun 2001, Cetakan Ke-9, Halaman 444).
Dari sana para ulama mengqiyas hukum kenduri khitan atas hukum kenduri perkawinan. Keterangan berikut ini dapat membantu kita memperjelas kedudukan hukum kenduri khitan dan kenduri perkawinan.
ﻞﻫ ﺔﻤﻴﻟﻭ ﺱﺮﻌﻟﺍ ﺔﺒﺟﺍﻭ ؟ﻻ ﻡﺃ ﻥﻻﻮﻗ ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ ﺎﻬﻧﺃ ﻪﻟﻮﻘﻟ ﺔﺒﺟﺍﻭ ﻦﺑ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﺪﺒﻌﻟ ﻑﻮﻋ ﺪﻗﻭ ﺝﻭﺰﺗ ﻮﻟﻭ ﻢﻟﻭﺃ ﻥﻷﻭ ﺓﺎﺸﺑ ﻪﻴﻠﻋ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﺎﻣ ﺎﻬﻛﺮﺗ ﺍﺮﻀﺣ ﺍﺮﻔﺳ ﻻﻭ ﺮﻬﻇﻷﺍﻭ ﻮﻫﻭ ﻡﺰﺟ ﺎﻣ ﻪﺑ ﺦﻴﺸﻟﺍ ﺎﻬﻧﺃ ﻪﻟﻮﻘﻟ ﺔﺒﺤﺘﺴﻣ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﺲﻴﻟ ﻝﺎﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻖﺣ ﻯﻮﺳ ﺓﺎﻛﺰﻟﺍ ﻡﺎﻌﻃ ﺎﻬﻧﻷﻭ ﻻ ﺺﺘﺨﻳ ﻦﻴﺟﺎﺘﺤﻤﻟﺎﺑ ﻪﺒﺷﺄﻓ ﺎﺳﺎﻴﻗﻭ ﺔﻴﺤﺿﻷﺍ ﻰﻠﻋ ﺮﺋﺎﺳ ﻢﺋﻻﻮﻟﺍ ﻝﻭﻷﺍ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍﻭ ﻝﻮﻤﺤﻣ ﻰﻠﻋ ﺪﻛﺄﺗ ﺏﺎﺒﺤﺘﺳﻻﺍ
Artinya, “Apakah mengadakan kenduri perkawinan itu wajib? Ulama berbeda pendapat perihal ini. Pendapat pertama, wajib berdasarkan perintah Rasulullah SAW kepada Abdurrahman bin Auf yang melangsungkan perkawinan, ‘Buatlah walimah meski hanya dengan seekor kambing.’ Hukum mengadakan walimah adalah wajib karena Rasulullah SAW selalu mengadakan walimah baik dalam keadaan mukim maupun tengah beperjalanan. Sedangkan pendapat yang lebih kuat seperti yang ditetapkan oleh Syekh adalah sunah berdasarkan sabda Rasulullah SAW ‘Tidak ada kewajiban harta selain zakat’. Hukum mengadakan walimah adalah sunah karena walimah itu berupa makanan yang tidak hanya diperlukan oleh mereka yang miskin, sama seperti sunah qurban.
Walimah perkawinan ini menjadi dasar qiyas bagi pelbagai jenis walimah lainnya. Sedangkan hadits pertama yang digunakan oleh pendapat pertama dipahami sebagai penguat anjuran untuk mengadakan walimah,” (Lihat Syekh Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini,
Kifayatul Akhyar , Darul Basya’ir, Damaskus, Tahun 2001, Cetakan Ke-9, Halaman 445).
Keterangan di atas jelas mengatakan kepada kita bahwa kenduri perkawinan, begitu juga dengan kenduri khitanan dan kenduri lainnya, sangat dianjurkan oleh agama. Lalu apa yang dihidangkan Rasulullah SAW untuk para tamu undangannya ketika mengadakan kenduri perkawinannya?
ﻞﻗﺍﻭ ﺔﻤﻴﻟﻮﻟﺍ ﺭﺩﺎﻘﻠﻟ ﺓﺎﺷ ﻪﻧﻷ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﻢﻟﻭﺃ ﻰﻠﻋ ﺐﻨﻳﺯ ﺖﻨﺑ ﺶﺤﺟ ﻲﺿﺭ ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻱﺄﺑﻭ ﺓﺎﺸﺑ ﺊﺷ ﻢﻟﻭﺃ ﻰﻔﻛ ﻪﻧﻷ ﻪﻴﻠﻋ ﻡﻼﺴﻟﺍﻭ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻢﻟﻭﺃ ﺔﻴﻔﺻ ﻰﻠﻋ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻬﻨﻋ ﺮﻤﺗﻭ ﻖﻳﻮﺴﺑ
Artinya, “Batas minimal walimah bagi mereka yang mampu adalah menyembelih seekor kambing. Rasulullah SAW ketika menikah dengan Zainab binti Jahsyin RA menyembelih seekor kambing. Tetapi pada prinsipnya, walimah dengan jamuan sedikit apapun dianggap memadai. Rasulullah SAW ketika menikah dengan Shafiyyah RA mengadakan walimah dengan adonan tepung gandum dan kurma,” (Lihat Syekh Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Akhyar , Darul Basya’ir, Damaskus, Tahun 2001, Cetakan Ke-9, Halaman 445).
Jadi kalau ada pertanyaan, apakah perlu mengadakan kenduri khitanan? Jawabannya, perlu. Tetapi harus dibedakan antara kenduri dalam arti mengundang masyarakat meskipun hanya sepuluh orang lalu menghidangkan mereka jamuan sepatutnya dan pesta dalam arti glamour dan bermewah-mewahan. Kalau walimatul khitan diartikan mengundang sejumlah anggota masyarakat dan menghidangkan makanan, ini perlu. Tetapi kalau walimatul khitan itu diartikan sebagai pesta dengan segala kemewahannya, kami tidak menyarankan.
Saran kami, buatlah kenduri khitanan. Undang masyarakat sekitar dan saudara-saudara serta kerabat dengan domisili yang dekat dengan lokasi kenduri. Buatlah kenduri sesuai kemampuan, tidak perlu memaksakan.
Mintalah doa dari mereka agar anak yang dikhitan menjadi anak yang saleh kelak dan berbakti untuk orang tua, agama, dan bangsa Indonesia. Permohonan doa ini biasanya dikemas dengan tahlilan atau khataman Al-Quran dan ditutup dengan doa.
Demikian yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb.