Perang Lodong Cisendai VS Mangkubumi di Ciamis
Malam takbiran memang membawa kebahagian kepada semua umat muslim diseluruh dunia. Berbagai ekspresi kegembiraan ditunjukan umat muslim dengan berbagai cara. Disamping melaksanakan takbiran semalam suntuk di mesjid dan suro, masyarakat pun menyambut lebaran dengan membakar petasan dan kembang api.
Namun di kabupaten Ciamis ada 2 Desa yang terbilang beda daripada lainnya. Itu adalah Desa Mangkubumi dan Cisendai. Masyarakatnya merayakan “Hari Kemenangan” dengan cara Perang Lodong. Masyarakat di dua Desa yang bertetanggaan itu ternyata memiliki cara tersendiri untuk menyambut lebaran.
Tidak tanggung-tanggung, lodong yang dibuat ini berukuran sangat besar
Panjangnya sekitar 9 meter dan diameter 1 meter. Lodong Raksasa ini terbuat dari Pohon Kawung dan menghasilkan alat yang cukup besar ini, suara lodong yang dihasilkanpun cukup menggelegar keras hingga terdengar pada radius 6 km lebih.
Bahkan yang lebih menakjubkan, jumlah lodong-lodong ini bukan satu atau dua, Tapi kalau tidak salah mencapai 100 buah termasuk lodong kecil dari Bambu untuk satu desa.
Dengan demikian, kesannya seperti parade lodong. Kontan saja, hal ini menyedot perhatian masyarakat untuk melihat acara yang luar biasa ini.
Seperti warga dari Cibeunying, Nasol, Kalapanunggal, Sigung, Cimari dan semuanya datang ke 2 Desa yang membuat mereka berduyun-duyun mendatangi tempat kontes meriam Lodong.
Penuh Kekompakan dan Kemeriahan untuk menjalin hubungan yang baik antar kampung
Mereka secara bergotong royong membuat meriam lodong tersebut dengan kompak, mulai dari menebang pohon aren (kawung) dan membolonginya sampai isinya melompong dengan membelahnya terlebih dahulu kemudian disatukan dan diikat kembali dan dibentuk menjadi Lodong. Begitu pula dengan lodong yang terbuat dari Bambu.
Persiapan peperangan yang dilakukan Cisendai dan Mangkubumi
Setiap lodong yang telah selesai, lalu dibariskan berderet dipinggir jalan, kalau di cisendai mereka menempatkan lodong di area Kuburan. Dan tepat disebuah benteng jurang yang menghadap ke sungai cipalih. Di seberang sungai tersebut merupakan lawan main lodong mereka yang merupakan warga kampung tetangga.
Sensasi dari peperangan masa lalu (Penjajahan) begitu terasa
Aku ingat jika dulu, Orang Indonesia pertama kali membuat lodong yang mereka gunakan untuk mengelabui Penjajah. Dan benar saja, Sa'at lodong kawung di Cisendai dinyalakan aku merasa gemetar dan merasakan ketakutan orang-orang yang menjajah Indonesia dulu. Ditambah waktu aku menonton di pihak Cisendai yang berlokasi di kuburan. OoHhHh Maayy seolah kuburan itu menjadi orang-orang yang gugur dalam peperangan ini dalam bayanganku.