Wilujeung Sumping di Blog GeegleHayoO

Mengenal Apa Itu JampangKulon Dari Berbagai Kisah

13 min read
GeegleHayoOGeegleHayoO - JampangKulon
Kawasan Padepokan JampangKulon

Asal-Mu'asal Keturunan Asli Dari JampangKulon
 
“Iling-iling alang-alang geremet ngarayah manah nyebar sakujur awak”.Setiap tempat di bumi ini tentu mempunyai asal-usul serta cerita historisnya masing-masing. Begitu juga pada tulisan ini penulis akan mencoba menjabarkan, menceritakan, membuka tabir kebenaran tentang asal mula penduduk Jampangkulon, yang sekarang menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Sukabumi. 

Penulis berhasil mengumpulkan beberapa tulisan kuno serta tulisan dari berbagai sumber juga hasil diskusi pada tahun 2012 dengan narasumber Asep S. Permana serta putranya Endar S. Permana yang merupakan keturunan asli dari leluhur Jampang Kulon.Kebenaran sejarah tidaklah tunggal, kalimat itu yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk terus mencari informasi tentang heterogennya pernyataan sejarah, itu semata untuk ilmu pengetahuan serta pembelajaran moral yang baik dari setiap kisah yang ada di dalamnya. Karena, semangat sejarah, membaca sejarah, dan mengetahui sejarah dapat membuat individu bangsa lebih adun menghadapi perkembangan zaman. 

Indonesia bangsa yang besar, pada masa lampau. Brak mangka nyampak nu disungsi ti kamari ayeuna mangkana salse urang bukakeun lalangse. 

Keturunan Fatimah binti Muhammad SAW

Keturunan Jampangkulon menurut Asep S. Permana adalah dari Fatimah Az Zahra binti Muhammad SAW. yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib keponakan Muhammad SAW, anak dari Abu Thalib paman beliau. 

Ali bin Abi Thalib mempunyai anak-cucu yang berpengaruh pada zamannya sampai turun pada Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang mempunyai anak Maulana Hasanuddin dan cucu bernama Maulana Yusuf yang merupakan ayah dari Maulana Muhammad (Sultan Banten) mempunyai buyut Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) sampai kepada Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas). 

Berikut silsilahnya:

1. Ali bin Abi Thalib
2. Husein bin Ali
3. Ali Zaenal Abidin
4. Muhammad Al Bakir
5. Ja’far As Sidiq
6. Ali Al Araidi
7. Muhammad An Naqib
8. Isa An Naqib
9. Ahmad Al Muhajir
10. Ubaidillah
11. Alwi bin Ubaidillah
12. Muhammad bin Alwi
13. Alwi bin Muhammad
14. Ali Halil
15. Muhammad Sahib Marbat
16. Amir Abdulmalik
17. Abdillah Syahan Syah
18. Ahmad Syeh Jalal
19. Maulana Jamaluddin (Husen)
20. Ali Nurul Alam
21. Abdullah Umtanuddin (Raja)
22. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
23. Maulana Hasanuddin
24. Maulana Yusuf
25. Maulana Muhammad (Sultan Banten)
26. Abu Mafahir
27. Abu Maali Ahmad
28. Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa)
29. Rodin Rum (Pangeran Papak)
30. Rd. Aria Adipati Jagabaya (Dalem Sawidak)
31. Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas)

Patutlah berbangga dengan keturunan penduduk Jampangkulon sebab Allah SWT. memberkati nikmat sebagai keturunan Rasulullah SAW. serta anak cucu dari para ulama dan raja.

Para Bupati Ciamis Setelah Adipati Jayanagara1. Rd. Adipati Arya Panji Jayanagara/ Rd. Yogaswara/ Mas Bongsar (1636-1678). Dimakamkan di Ciwahangan Girang.2. Rd. Adipati Arya Anggapraja (1678). Tidak lama menjadi bupati karena tidak mau bekerja sama dengan VOC. Dimakamkan di Pakuncen.3. Rd. Adipati Anggananya (1678-1693). Dimakankan di Ciwahangan Hilir.4. Rd. Adipati Sutadinata (1639-1706), dimakamkan di Gunung Ardilaya.5. Rd. Adipati Kusumahdinata I (1706-1727). Dimakamkan di Majagandalor.6. Rd. Adipati Kusumahdinata II (1727-1732). Dimakamkan di Majaganda Kidul Gegempalan.7. Rd. Aria Adipati Jagabaya/ Dalem Sawidak (1732-1751). Dimakamkan di Tanjung Manggu.8. Rd. Adipati Kusumahdinata III (1751-1801). Dimakamkan di Gunungsari Imbanagara9. Rd. Adipati Natadikusumah (1801-1806).10. Adipati Suryapraja (1806-1811). Dimakamkan di Gunung Sari Imbanagara.Pada masa ini Gubernur Jendral Daendels tahun 1811 diganti oleh Jansen dikarenakan Daendels dianggap tak mampu melawan serangan Inggris dibawah kepemimpinan Gubernur Jendral Raffles. Kemudian pada masa kepemimpinan Raffles dilakukan perubahan-perubahan wilayah administrasi di Galuh. Kabupaten Galuh Imbanagara harus melepas wilayah Pasirpanjang, Manonjaya, Cijulang, Padaherang, dan Kawasen supaya disatukan ke dalam wilayah Kabupaten Sukapura termasuk wilayah-wilayah Nusakambangan, Sidareja, Majenang, Dayeuhluhur, Pagadingan. Wilayah timur Citanduy Kabupaten Ciamis disatukan ke Banyumas.11. Rd. Tumenggung Jayengpati Kartanagara (1811-1812).12. Rd. Tumenggung Natanagara, berasal dari Cirebon (1812).13. Rd. Pangeran Sutawijaya (1812-1815), berasal dari Cirebon.14. Rd. Tumenggung Wiradikusumah (1815-1819). Dimakamkan di Cigadung Imbanagara.Beliau ini yang mengalihkan pusat pemerintahan kabupaten Galuh dari Imbanagara ke Ciamis. Nama Kabupaten Galuh Imbanagara diganti menjadi kabupaten Galuh. Pada saat ini pemerintahan di Jawa sudah dikuasai lagi oleh Belanda dengan (Gubernur Jendral Van der Capellen).15. Rd. Adipati Andikusumah (1821-1839). Dimakamkan di Gunung Galuh Imbanagara.Pada masa ini Kabupaten Kawali dan Kabupaten Panjalu masuk wilayah administratif Kabupaten Galuh.16. Rd. Adipati Arya Kusumahdiningrat (1839-1886). Dimakamkan di Jambansari Ciamis.17. Rd. Adipati Kusumahsubrata (1886-1914). Dimakamkan di Sukasirna Ciamis.18. R.T.A. Sastrawinata (1914-1935).Pada saat itu Kabupaten Galuh diganti menjadi Kabupaten Ciamis.19. R.T.A. Sunarya (1935-1944) berasal dari Sukapura.Pada tahun 1939 wilayah-wilayah Kewedanaan: Banjar, Pangandaran, dan Cijulang yang awalnya masuk ke wilayah Kabupaten Sukapura disatukan ke wilayah Kabupaten Ciamis.20. Rd. Ardi Winangun (1944-1946). Mantan Bupati yang memimpin setelah kemerdekaan Indonesia.Dari Galuh ImbanagaraAlkisah, Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas) adalah putra Adipati Jagabaya, terkenal dengan julukan Dalem Sawidak, diangkat menjadi Wedana di Panjalu Imbanagara Ciamis.Rd. Aria Adipati Jagabaya Bupati Galuh, pada masa pemberontakan Pangeran Diponegoro (1825-1830), Galuh dan Panjalu diberi perintah olah Mataram yang saat itu dalam kekuasaan Belanda, agar mempersiapkan pasukan untuk mencegah pasukan Diponegoro di tepi sungai Citanduy.Rd. Mas Surawijangga menentang perintah tersebut kemudian akhirnya bermusyawarah dengan saudara-saudaranya,. Hasil musyawarah, lahirlah sebuah keputusan untuk minggat (bukan kabur karena takut) secara diam-diam.Rombongan yang minggat jumlahnya kurang lebih 40 keluarga, ditambah empat saudaranya, tiga saudara laki-laki, satu saudara perempuan. Berangkat melalui jalur laut di pantai selatan Pulau Jawa, Berlabuh di Cilauteureun, selanjutnya berjalan kaki menyusuri sungai Cikaso ke arah hulu, hingga sampai di sebuah penyebrangan (Sunda Peupeuntasan).Saudaranya yang empat diantaranya :1. Saudaranya yang perempuan meninggal di perjalanan, dan dimakamkan di Teluk Jati, di tepi sungai Cikaso.2. Saudara laki-laki yang pertama bernama Rd. Mas Martanagara, menetap di kampung Karadenan, sekarang bernama Cibitung. Setelah meninggal kemudian dimakamkan di Karang Bolong (Hutan Lindung Jati/ Leuweung Tutupan Jati)3. Saudara kedua laki-laki bernama Rd. Surianatamanggala, alias Eyang Santri Dalem, menetap di Cigangsa hingga akhir hayatnya. Dijuluki Embah Cigangsa.4. Saudara ketiga laki-laki bernama Rd. Bratadikusumah alias Embah Bungsu (Nama asli Bratadikusumah ada dalam perbendaharaan sastra Bapak Ikin Ardisoma yang bertempat tinggal di Peuntas, sekarang Purwasedar Jampangkulon), menetap di Hulu Sungai Cicurug Pamerangan (sekarang kampung Purwasedar 2) di sekitar mata air Cicurug.Rd. Mas Surawijangga sendiri berbenah diri dan menetap di Paimbaan (sekarang Panimbaan) dan dimakamkan di pemakaman umum Pasir Pulus Jampangkulon.

Nama Cicurug Pamerangan berubah nama oleh tokoh Pangeran Jampang Manggung, salah seorang putra Residen Cianjur yang membagi tanah Jampang menjadi tiga wilayah.1. Jampang Tengah dengan Pusat kota berada di Cimerang, yang sekarang bernama Bojonglopang, dipegang oleh Rd. Puradibrata.2. Jampang Wetan, awal mula pusat pemerintahan terletak di Sukanagara Cianjur, dipegang oleh Rd. Bratamanggala.3. Jampangkulon, awal pusat kota di Kebon Kacang, pindah ke Waluran, terakhir dipindahkan ke Cicurug Pamerangan, sekarang Jampangkulon.Syahdan, ayahanda Bupati Galuh, sangat kecewa mengetahui putranya minggat, Panjalu kosong (Vacum of Power). Lalu beliau mengutus Senapati Brajanata (saudara misan Rd. Mas Surawijangga), agar menyusul Raden Mas yang ditengarai berada di wilayah Cicurug Pamerangan/ Jampang, lalu Rd. Brajanata memohon agar Rd. Mas kembali ke Imbanagara sebagaimana perintah ayahandanya. Namun setibanya di Jampang, Rd. Brajanata merasa betah/ kerasan di Jampang, yang akhirnya beliaupun tidak kembali ke Imbanagara.Wallahu A’lam Bisshowab.
Penutup Sejarah memang selalu mengejutkan. Demikianlah penjabaran tertulis tentang Asal Muasal Keturunan Jampangkulon (sekarang Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi) yang telah penulis tulis kembali sebagai bahan renungan dan pengetahuan. Bangsa ini masih kuat dengan tradisi lisan dibanding tulisan sehingga pernyataan sejarah harus didapat dari berbagai sumber. Ada kalimat puitis yang penulis ingat “Beda Ceuli, Beda Bangus” itulah tradisi lisan.Bangsa ini mesti menghargai sejarah dirinya sendiri supaya paham dari mana berasal, sehingga dalam mencapai tujuannya bangsa ini menjadi percaya diri karena mengingat kajayaan masa lalu yang begitu gemilang.Penulis memohon maaf jika ada kesalahan penulisan nama, gelar, nama tempat, atau keterangan apapun dalam tulisan ini. Karena semata kurang cermatnya penulis dalam membaca tulisan-tulisan yang agak kabur serta kurangnya referensi penulis.Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menjadi motivasi bagi para penulis lain agar kembali menulis sejarah yang belum diketahui, hilang, ataupun dilupakan.Ashadu sahadat bumiPupukan bumi medalJat wawayanganPipitan diri tekenakuGingsir badan teu keuna ku owahBumi suci badan suci mulya badan sampurnaSampurna ku panarima gusti
Sukabumi, Januari 2014Dhena Maysar Aslam
Daftar ReferensiBuku:Keesing, Roger M. 1981. Antropologi Budaya, Suatu Persfektif Kontemporer, Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.Permana, Asep S. 2002. Asal Usul Pangeusi Jampangkulon. Sukabumi.RS, Etty Dkk. 2012. Jangjawokan, Inventarisasi Puisi Mantera Sunda. Bandung: DISPARBUD JABAR.Teeuw, AA. 1994. Indonesia, Antara Kelisanan dan Keberaksaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Catatan Kuno:Rd. M.S. Djadjuli Atmadja diwariskan kepada Asep S. Permana. Serat Kalang Jampang ditulis asli di daun lontar dan kemudian disalin kembali oleh Asep S. Permana. Diperoleh pada tahun 2012 di kediaman Endar S. Permana bin Asep S. Permana. Jl. Setiahati No. 40. RT 14/ 05 Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.
Wawancara dan Diskusi:Asep S. Permana. 2012. Jl. Setiahati No. 40. RT 14/ 05 Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.Endar S. Permana. 2012. Jl. Setiahati No. 40. RT 14/ 05 Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.
Tentang PenulisDHENA MAYSAR ASLAM atau ASLAM D. MAYSAR. Lahir di Sukabumi, 31 Mei 1992. Sedang studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi. Menulis puisi, esai, dan drama serta menjadi aktor dan sutradara teater. Mendirikan Arkamaya Teater Sastra di Sukabumi dan bergiat di Sukuraga Foundation. Karya puisinya pernah tercatat dalam Antologi Puisi Di Ujung Benang: Penyair Muda Indonesia IMABSII (2013) juga sering kali karyanya dibuat stensilan.

JampangKulon Versi Sunda
 
"Iling-iling alang-alang geremet ngarayah manah nyebar sakujur awak”.
Satiap tempat anu aya di bumi ie tangtu ngabogaan asal-usul jeng carita sajarah na masing-masing. Nya kitu deui dina postingan ie sim abdi bade ngajabarkeun, nyaritakeun, ngabuka sacara singkat carita bener ngeunaan asal mula rahayat jampangkulon, anu ayeuna jadi salah sahiji kacamatan di kabupaten Sukabumi.
Sim abdi tangtu ngadamel ie postingan teh lain ngan saukur rekayasa wungkul, tapi sim abdi kenging ngumpulkeun tina carita kolot baheula jeng sajarah tulisan anu tos di hartikeun ku para ahli na anu di narasumberan ku Asep S. Permana sareng putra na Endar S. Permana anu mangrupakeun turunan asli ti luluhur Jampang Kulon.

Ceuk Asep “Brak mangka nyampak nu disungsi ti kamari ayeuna mangkana salse urang bukakeun lalangse”. Ari turunan Jampangkulon eta turunan ti Fatimah Binti Muhammad SAW. Anu nikah sareng Sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Putra ti Abu Thalib mamang na Kangjeng Rasul, Ali bin Abi Thalib ngagaduhan anak-cucu anu berpengaruh dina zamana dugi ka turun ka Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) anu ngagaduhan putra Seykh Maulana Hasanudin sareng cucu na anu namina Seykh Maulana Yusuf anu mangrupikeun bapak ti Syekh Maulana Muhammad (Sultan Banten) ngagudah buyut Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dugi ka Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas).
Tah ieu silsilahna :
1. Ali bin Abi Thalib
2. Husein bin Ali
3. Ali Zaenal Abidin
4. Muhammad Al Bakir
5. Ja’far As Sidiq
6. Ali Al Araidi
7. Muhammad An Naqib
8. Isa An Naqib
9. Ahmad Al Muhajir
10. Ubaidillah
11. Alwi bin Ubaidillah
12. Muhammad bin Alwi
13. Alwi bin Muhammad
14. Ali Halil
15. Muhammad Sahib Marbat
16. Amir Abdulmalik
17. Abdillah Syahan Syah
18. Ahmad Syeh Jalal
19. Maulana Jamaluddin (Husen)
20. Ali Nurul Alam
21. Abdullah Umtanuddin (Raja)
22. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
23. Maulana Hasanuddin
24. Maulana Yusuf
25. Maulana Muhammad (Sultan Banten)
26. Abu Mafahir
27. Abu Maali Ahmad
28. Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa)
29. Rodin Rum (Pangeran Papak)
30. Rd. Aria Adipati Jagabaya (Dalem Sawidak)
31. Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas).
Kudu bangga ku turunan rahayat Jampangkulon sabab Allah SWT masihan nikmat mangrupikeun turunan ti Rasulullah SAW. Sareng anak cucu ti para ulama sareng raja.
Para Bupati Ciamis Saatos Adipati Jayanagara1. Rd. Adipati Arya Panji Jayanagara/ Rd. Yogaswara/ Mas Bongsar (1636-1678). Dimakamkeun di Ciwahangan Girang.2. Rd. Adipati Arya Anggapraja (1678). Teu kantos lami janten bupati kusabab alimeun ngahiji jeung VOC. Dimakamkeun di Pakuncen.3. Rd. Adipati Anggananya (1678-1693). Dimakankeun di Ciwahangan Hilir.4. Rd. Adipati Sutadinata (1639-1706), dimakamkeun di Gunung Ardilaya.5. Rd. Adipati Kusumahdinata I (1706-1727). Dimakamkeun di Majagandalor.6. Rd. Adipati Kusumahdinata II (1727-1732). Dimakamkeun di Majaganda Kidul Gegempalan.7. Rd. Aria Adipati Jagabaya/ Dalem Sawidak (1732-1751). Dimakamkeun di Tanjung Manggu.8. Rd. Adipati Kusumahdinata III (1751-1801). Dimakamkeun di Gunungsari Imbanagara9. Rd. Adipati Natadikusumah (1801-1806).10. Adipati Suryapraja (1806-1811). Dimakamkeun di Gunung Sari Imbanagara. Dina zaman Gubernur Jendral Daendels tahun 1811 diganti ku Jansen kusabab Daendels dianggap teu mampu ngalawan serangan Inggris dibawah kapemimpinan Gubernur Jendral Raffles. Terus dina zaman kapamimpinan Raffles dilakukeun perubahan-perubahan wilayah administrasi di Galuh. Kabupaten Galuh Imbanagara kudu nyerahkeun wilayah Pasirpanjang, Manonjaya, Cijulang, Padaherang, jeng Kawasen supaya dihijikeun ka wilayah Kabupaten Sukapura termasuk wilayah-wilayah Nusakambangan, Sidareja, Majenang, Dayeuhluhur, Pagadingan. Wilayah timur Citanduy Kabupaten Ciamis dihijikeun ka Banyumas.11. Rd. Tumenggung Jayengpati Kartanagara (1811-1812).12. Rd. Tumenggung Natanagara, asal ti Cirebon (1812).13. Rd. Pangeran Sutawijaya (1812-1815), asal ti Cirebon.14. Rd. Tumenggung Wiradikusumah (1815-1819). Dimakamkeun di Cigadung Imbanagara. Anjeuna anu ngatur pusat pamarentahan kabupaten Galuh ti Imbanagara ka Ciamis. Ngaran Kabupaten Galuh Imbanagara diganti jadi kabupaten Galuh. Dina zaman ie pamarentahan di Jawa tos dikuasai deui ku Belanda jeng (Gubernur Jendral Van der Capellen).15. Rd. Adipati Andikusumah (1821-1839). Dimakamkeun di Gunung Galuh Imbanagara. Dina zaman ieu Kabupaten Kawali jeng Kabupaten Panjalu asup ka wilayah administratif Kabupaten Galuh.16. Rd. Adipati Arya Kusumahdiningrat (1839-1886). Dimakamkeun di Jambansari Ciamis.17. Rd. Adipati Kusumahsubrata (1886-1914). Dimakamkeun di Sukasirna Ciamis.18. R.T.A. Sastrawinata (1914-1935). Dina zaman ieu Kabupaten Galuh diganti jadi Kabupaten Ciamis.19. R.T.A. Sunarya (1935-1944) asal ti Sukapura. Dina tahun 1939 daerah-daerah Kewedanaan: Banjar, Pangandaran, dan Cijulang anu awalna asup ka wilayah Kabupaten Sukapura dihijikeun ka wilayah Kabupaten Ciamis.20. Rd. Ardi Winangun (1944-1946). Mantan Bupati anu mimpin saatos kamerdekaan Indonesia. Ti Galuh Imbanagara Alkisah, Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas) nyaeta putra Adipati Jagabaya, terkenal ku sebutan Dalem Sawidak, diangkat jadi Wedana di Panjalu Imbanagara Ciamis.Rd. Aria Adipati Jagabaya Bupati Galuh, dina zaman pemberontakan Pangeran Diponegoro (1825-1830), Galuh jeng Panjalu dibere parentah ku Mataram anu dina waktu eta dina kakuasaan Belanda, supaya nyiapkeun pasukan jang ngahadang pasukan Diponegoro di sisi wahangan Citanduy.Rd. Mas Surawijangga nolak parentah eta terus akhirna kumpulan jeng dulur-dulurna. Hasil musyawarahna, jadi hiji kaputusan pikeun pindah (lain kabur kusabab sieun) ku cara susumputan. Rombongan anu kabur jumlahna kurang lebih 40 kaluarga, ditambah opat saderek na, tilu saderek pameget, hiji saderek isteri. Berangkatna ngaliwatan jalur laut di laut kidul Pulau Jawa, Hanjat di Cilauteureun, saterusna laleumpang mapay wahangan Cikaso ka arah girang, tug nepi ka hiji jamatan. Saderek na anu opat diantarana :
1. Anu Isteri ngantunkeun di perjalalan, sareng dimakamkeun di Teluk Jati, di sisi wahangan Cikaso.
2. Saderek pameget Anu kahiji anu nami na Rd. Mas Martanagara, netep di kampung Karadenan, anu ayeuna ngaran Cibitung. Saatos maot terus dimakamkeun di Karang Bolong (Hutan Lindung Jati/ Leuweung Tutupan Jati)
3. Saderek anu kadua Rd. Surianatamanggala, alias Eyang Santri Dalem, netep di Cigangsa dugi ka akhir hayatna. Anu ayeuna sok disebut Embah Cigangsa.
4. Saderek anu katilu anu nami na Rd. Bratadikusumah alias Embah Bungsu (Nami asli Bratadikusumah aya dina perbendaharaan sastra Bapak Ikin Ardisoma anu tempatna di Peuntas, anu ayeuna ngaran Purwasedar Jampangkulon),
Dulur lalaki anu katilu Rd. Bratadikusumah alias embah Bungsu netep di Girangna wahangan Cicurug Pamerangan (ayeun kampung Purwasedar 2) di daerah leuwi Cicurug Rd. Mas Surawijangga ngabebetah nyalira jeng netep di Paimbaan (ayeuna Panimbaan) sareng di makamkeun di pamakaman umum Pasir Pulus Jampangkulon.
Ngaran Cicurug Pamerangan dirubah ngarana ku tokoh Pangeran Jampang Manggung, salah sahiji putra Residen Cianjur anu ngabagi tanah Jampang jadi tilu wilayah :

1. Jampang Tengah Pusat kotana di Cimerang, anu ayeuna ngaran Bojonglopang, dicepeng ku Rd. Puradibrata.

2. Jampang Wetan, awal mula pusat pamarentahana aya di Sukanagara Cianjur, dicepeng ku Rd. Bratamanggala.

3. Jampangkulon, awal pusat kotana di Kebon Kacang, pindah ka Waluran, terakhir dipindahkeun ka Cicurug Pamerangan, ayeuna Jampangkulon.

Syahdan, ramana Bupati Galuh, kacida kacewa na terangeun putrana kabur, sabab Panjalu kosong (Vacum of Power). Teras anjeuna miwarang Senopati Brajanata (saderek misan Rd. Mas Surawijangga), supaya nyusul Raden Mas anu mendak wartos aya di daerah Cicurug Pamerangan/ Jampang, teras Rd. Brajanata nyuhunkeun supaya Rd. Mas uih deui ke Imbanagara sakumaha parentah rama na. Tapi sadugi na di Jampang, Rd. Brajanata ngaraos betah di Jampang, anu akhirna anjeuna teu uih deui ka Imbanagara.Wallahu A’lam Bisshowab.

Akhir tina sajarah/carita baheula memang pasti kaget. Tah sakitu anu katulis tentang Asal-Usul turunan Jampangkulon. Hapunten tina lepat na, carita anu diluhur kadang tiasa leresna atanapi mungkin lepatna, anu pasti satiap hiji perkara pasti aya asal-usulna.





Dari Berbagai Sumber...

Bersyukurlah Jika Semua Orang Bisa Tertawa Dan Senang Karena Kebodohanmu, Daripada Menjadi Orang Pintar Tetapi Selalu Menyusahkan Semua Orang...

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

Bagaimana dengan Artikel ini?
Silahkan Anda Bebas Berpendapat!
((
___; )
(6