Wilujeung Sumping di Blog GeegleHayoO

Kita adalah Sunda dan Bali

Bali keturunan ciamis
5 min read
Sebelum ke pembahasan, Chakly punya sedikit basa-basi (survey sih) dulu hehey. Coba bagi kamu yang berasal dari Sunda asli, Apakah gambar dibawah ini membuat kalian sedih? Sedih dalam artian teringat indung / orang tua yang angkaribung seolah seorang ibu membawa segala bekal untuk dibawa demi membela kehidupan kita.
Bali dulu
Jika Jawabannya iya, Maka keterikatan batin benar-benar ada. Karena foto diatas adalah orang-orang bali zaman dulu.

Kemudian yang kedua, Coba perhatikan gambar dibawah ini bagi kamu yang berasal dari bali.
Apakah gambar diatas membuat kalian mengingat masa kecil? Dan merasa anda ada berada diantara orang-orang dalam foto tersebut? Jika ya, Maka batin kamu (orang bali) merasa terikat karena merasa ada kemiripan dengan foto diatas. Lalu foto apa sebenarnya diatas itu? Foto diatas adalah foto anak-anak sekolah Ciamis zaman dulu.

Oke lanjut ke basa-basi selanjutnya hehey. Chakly mo tanya! Bagi kamu orang sunda dan bali? Apakah kalian merasa Adat budaya, dan pemandangan alam bahkan Wanita terasa lebih indah dari yang lain? Sehingga saking indahnya kalian tak betah jika tinggal di tempat lain? Sehingga ingin kembali ke tempat kelahiran?

Kemudian untuk bahasa, Apakah bahasa kalian sangat sulit dipahami orang lain?

Nah mungkin itulah sedikit basa-basi dari Chakly, Selanjutnya adalah ulasan tentang bagaimana hubungan antara sunda dan bali yang telah Chakly ulas dari berbagai sumber:

Siapa yang tidak kenal dengan Pulau Bali, namun tahukah Anda hal menarik mengenai Bali yang berkaitan erat dengan tanah Sunda.

Jika berbicara mengenai sejarah Pulau Bali pada dahulu kala, ada hal menarik yaitu hubungannya dengan Kerajaan Sunda Galuh atau Pasundan, Jawa Barat.

Menurut umat Hindu di Bali, Sunda Galuh atau Pasundan diyakini sebagai nenek moyang dari mereka.

Bahkan Kementerian Bali, budayawan, hingga pemuka agama di Bali pernah mengunjungi Ciamis.

Tujuannya adalah bersilaturahmi dengan para tokoh budayawan Ciamis, untuk membahas asal muasal sejarah Sunda dan Bali.

I Gusti Ngurah Sudiana yang merupakan seorang budayawan asal Bali menyebutkan, bahwasannya budaya Sunda adalah asal muasal dari budaya Bali.

Lebih lanjut, I Gusti Ngurah Sudiana pun mengatakan jika Bali hanya setetes kecil dari bagian budaya besar dari tanah Sunda, yang masih dijaga dan dirawat oleh mereka.

Sunda Kecil

Adapun beberapa mayoritas umat Hindu Bali yang lain mengatakan jika mereka adalah masyarakat Sunda kecil yang termasuk dalam bagian peradaban Sunda.

Selanjutnya, menurut Kepala Bidang Destinasi, Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis, Budi Kurnia menyebutkan berdasarkan jejak-jejak sejarah nenek moyang Hindu Bali berasal dari Kerajaan Sunda Galuh.

Ikatan ini pun dimulai ketika masa berlangsungnya ajaran Hindu-Budha yang tersebar di Nusantara, hingga masuknya pengaruh ajaran Islam dari Kerajaan Cirebon ke wilayah Galuh.

Sunda Kecil (Cikal Bakal Bali) Pergi Memisahkan Diri

Bagi mereka yang teguh dan ingin tetap memeluk agama Hindu atau ajaran leluhur, akhirnya memutuskan untuk pergi memisahkan diri dan meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke daerah Gunung Bromo di Jawa Timur.

Ketika di Jawa Timur pun, umat Hindu yang berasal dari Kerajaan Galuh kembali terdesak oleh penyebaran agama islam dari Kerajaan Demak.

Hal itu membuat mereka memutuskan untuk berpindah lagi, hingga sampailah di Pulau Bali.

Selain untuk menetap, mereka pun sekaligus napak tilas leluhurnya yang sudah terlebih dahulu menginjakan kaki di Pulau tersebut.

Walau tidak tercatat sempurna hubungan Kerajaan Sunda Galuh dan Bali, akan tetapi jika melihat jejak yang ada maka sangat jelas hubungan kedua kerajaan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat kuat.

Kemudian keterkaitan ini pun diperjelas dengan adanya salah satu pura tua di Bali.

Pura itu bernama pura nagara atau pura gara gambur anglayang di Buleleng, Bali.

Diketahui, pura ini menjadi saksi bisu keberadaan Pelabuhan kenegaraan atau Pelabuhan induk di Bali pada masa lalu yang bernama Pelabuhan Kutibani.

Kutibani sendiri berarti kota dengan banteng yang terbuat dari batu karang merah.

Menurut cerita kolektif dari masyarakat Bali, dahulu kala Kerajaan Bali kedatangan tamu agung dari Kerajaan Sunda Galuh, dan berlabuh di Pelabuhan Kutibani.

Itulah sebabnya, di daerah tersebut berdiri pura nagara gambur anglayang, dan didalamnya terdapat patung atau arca yang dipuja umat Hindu Bali yang bernama Ratu Bagus Sundawan.

Meskipun tidak tercatata baik dalam sejarah nasional atau Sunda, keberadaan pura atau arca tersebut sudah menjadi bukti arkeolog.

Bukti otentik tersebut bisa menyambungkan simpul-simpul sejarah yang belum terbuka secara sempurna.

Keturunan Kerajaan Galuh (Sekarang Ciamis)

Ketua Paguyuban Seniman dan Budayawan (Paseban) Jagat Palaka Kawali Daday Hendarman Praja, menjelaskan, tujuan sejumlah tokoh dan pemuka agama Hindu Bali mengunjungi situs Astana Gede, di Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, karena alasan sebuah keyakinan. Setelah menelusuri sejarah asal muasal peradaban Hindu Bali, mereka berkeyakinan bahwa leluhur atau nenek moyangnya berasal dari Kerajaan Galuh.

“Ketika berbincang dengan pemuka agama Hindu Bali, mereka meyakini bahwa Galuh adalah ibu dari masyarakat Hindu Bali. Karena setelah menelusuri sejarah nenek moyangnya, awal peradaban pada masa kerajaan Bali Kuno ada kaitannya dengan Kerajaan Galuh Purba pada abad ke 6. Konon, seorang putri dari raja pertama Kerajaan Galuh Purba, Wretikandayun, menikah dengan raja Kerajaan Bali Kuno. Makanya, mereka menyebut ‘Ibu’ kepada Kerajaan Galuh,” katanya, kepada Koran HR, Selasa (30/01/2018).

Menurut Daday, hubungan emosional antara Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Bali berlangsung berabad-abad atau dari abad ke 6 sampai dengan abad ke 14. “Ketika Kerajaan Galuh berakhir masa kejayaannya atau pada abad 14, baru dari situ putus hubungan emosionalnya. Karena pada abad 14 mulai masuk pengaruh agama Islam ke seluruh wilayah Tatar Sunda, termasuk ke wilayah Galuh,” ujar sesepuh budayawan Ciamis ini.

Daday juga mengatakan, peziarah dari luar kota yang datang ke Astana Gede Kawali, tak hanya dari Bali, tetapi masyarakat penggiat budaya dari daerah Jawa Timur pun sering juga datang. Menurutnya, masyarakat Jawa Timur yang melestarikan budaya Kerajaan Majapahit mempercayai bahwa nenek moyang mereka pun berasal dari Kerajaan Galuh.

“Dalam sejarah kerajaan nusantara pun tertulis bahwa pendiri Kerajaan Majapahit, yakni Raden Wijaya. Dia adalah keturunan Sunda Galuh atau silsilah dari Hariang Banga yang memiliki anak Jaya Darma. Dan Jaya Darma inilah ayah dari Raden Wijaya. Jadi, Kerajaan Galuh ini sebuah kerajaan besar serta dulu wilayahnya sampai ke Banyuwangi Jawa Timur. Maka di Banyuwangi ada daerah yang diberi nama Ujung Galuh,” ujarnya.

Pada masa kejayaan Kerajaan Galuh, lanjut Daday, Kawali adalah pusat pemerintahan. Dan situs Astana Gede adalah peninggalan Kerajaan Galuh dan konon dulunya bekas istana Kerajaan Galuh. “Makanya, jangan heran kalau ada masyarakat Bali atau masyarakat Jawa Timur datang berziarah ke Astana Gede. Karena nenek moyang mereka berasal dari Kerajaan Galuh,” katanya.
Bersyukurlah Jika Semua Orang Bisa Tertawa Dan Senang Karena Kebodohanmu, Daripada Menjadi Orang Pintar Tetapi Selalu Menyusahkan Semua Orang...

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

Bagaimana dengan Artikel ini?
Silahkan Anda Bebas Berpendapat!
((
___; )
(6