Mengenal Alat Musik Terompet Dari Seni Budaya Sunda
Tarompet Penca dan Tarompet Sisisngaan |
Tarompét adalah salah satu alat music yang dikenal secara luas dalam budaya Sunda. Nama “tarompet” berasal dari suara atau bunyinya yang “péét… péét …péét” yang dibidang linguistik dan ilmu music disebut onomatopoik. Alat music mainan anak serupa dengan itu, yang dibuat dari batang padi atau daun kelapa muda, juga disebut empét-empétan, yang bisa berarti dua macam:
- “yang berbunyi péét..péét,”
- “yang meniru [alat musik] empét.”
Nama “terompet” biasa dipakai dalam bahasa Indonesia, yang berasal dari Barat, (trumpet). Akan tetapi, jika trumpet Barat sumber bunyinya dari dua bibir peniupnya yang bergetar, sumber bunyi tarompét Sunda adalah dari empét, yang berupa lembaran atau lempeng-lempeng tipis (reed, “lidah”) yang dibuat dari daun kelapa kering atau Janur.
Lempengan empétinilah yang bergetar,saling beradu ketika ditiup sama dengan obo (oboe) yang dalam organologi (ilmu alat musik) disebut double reed (berlidah ganda). Jadi, dari sisi namanya tarompét ini dekat dengan “terompet” tapi dari sisi alatnya dekat dengan obo. Lidah empét bukan hanya 2 (double), tapi ada yang 4 (quadrupel), ada yang 6 (hexaduple), bahkan ada yang 8 (“octadupel”).
Tarompét Sunda yang paling dikenal luas adalah dalam ensambel gendangpenca (kendangpencak).Tapi, selain mengiringi (ibing) penca, gendang penca juga digunakan dalam banyak pertunjukan, seperti sisingaan, kuda rénggong, adu-domba, arak-arakan, sampyong (atau ujungan), sisingaan, permainan layang-layang, sulap, tukang obat, dan pesta-pesta lainnya.
Karena bunyinya yang keras,baik dari tarompét maupun gendangnya, gendang penca merupakan ensambel ruang terbuka (outdoor), walau jumlah alat musiknya relative sedikit. Kombinasi antara gendang dan tarompét (serunai) dalam satu ensambel, terdapat luas di dunia, yang di Asia Tenggara berasal dari Timur Tengah, yang disebut dol(gendang) danzurna (obo). Nama dol, masih dipakai dalam salah satu jenis gendang di Sumatera Barat. Sedangkan zurna, dengan variasi nama seperti surna dan surnai, di Indonesia umumnya disebut serunai (seruné, saruné, sruné).
Musik prajurit (military band, marching band) pada mulanya adalah juga ensambel kombinasi gendang-obo, yang awalnya juga dari Timur Tengah yang berkembang pesat padajaman Otoman, kerajaan Islam di Turki.
Pada abad ke-16 atau 17, ensambel itu konon diadopsi dan dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan di Eropa Barat, dan seterusnya hingga menjadi military band “modern” seperti sekarang. Dari Barat, kemudian menyebar lagi keseluruh pelosok dunia, dan banyak yang menyatu lagi dengan musik lokalnya, seperti halnya tanji di daerah Jabotabek.
Ensambel gendang serunai ini terdapat dalam pelbagai kepulauan: Sumatera, Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan lain-lain. Namun demikian, selain dalam ensambel “oboe-drum,” di Sunda terdapat suatu jenis gamelan yang memakai tarompét, sebagai pembawa melodi, sepertihalnya suling dan rebab, yaitu ajéng yang terdapat di daerah Krawangdan Bogor (atau Batawi).
Sekitar 20-an tahun terakhir, dikenal dua jenis tarompét Sunda: tarompét penca, dan tarompét sisingaan. Secara prinsip, sistem bunyi dan nada keduanya boleh dibilang sama. Yang membedakannya adalah volume atau kekerasanbunyinya : yang kedua lebih keras ketimbang yang pertama. Karena, tarompét sisingaan diameter tabungnya lebih besar rata-rata 2,5 cm, sementara tarompét penca sekitar 2 cm.
Demikian juga empét-nya. Jika empét tarompét pencak ( juga tarompét ajéng ) dibuatdari 2 sampai 6 lembar lidah, tarompét sisingaan 8 lembar. Ukurannya pun lebih besar: sekitar 1 cm X 1,2 cm untuk tarompét pencak, dan 1,9 cm X 1,3 cm untuk tarompét sisingaan. Dengan itu, walau keduanya memiliki panjang yang sama, sekitar 50 cm, volume bunyinya berbeda.
Tarompét, seperti halnya gendang, suling, dan kacapi, bukan hanya dimainkan dalam ensambel tradisional.
Tarompét sekarang, biasa memainkan lagu –lagu popular seperti dangdutan. Demikian pula karya-karya komposisi music dari para seniman muda banyak yang memakai tarompét, termasukjes (jazz). DwikiDarmawan, seorang komponis dan pemain musik yang kini sangat terkenal di Indonesia dan di manca-negara, banyak mengeksplorasi music tradisi Sunda, termasuk tarompét,dengan grup Krakatau-nyayang tersohor. YoyonDarsono, seorang pemusik tradisional asal Sumedang yang juga dosen di STSI Bandung, adalah pemain tarompét yang kerap tampil dalam festival musik di dalam dan luarnegeri, termasuk dengan grup Krakatau.
Sumber : Endo Suanda
Akhir dekade ini masyarakat dunia dihebohkan oleh penemuan suara mirip sangkakala yang terdengar di langit Amerika, Inggris, Kanada, Dan sejumlah negara di Eropa.Fenomena ini sangat mengegerkan masyarakat di wilayah tersebut. Menurut beberapa masyarakat yang kebetulan mendengarkan suara aneh tersebut, mereka merasa heran dan kaget bahkan ada yang merasa sangat ketakutan ketika suara tersebut muncul dibalik langit.Entah apakah suara yang muncul itu?apakah benar suara terompet sangkakala atau suara lain yang menjadi fenomena alam?.
Suara yang sangat mengejutkan beberapa warga dunia tersebut, belum dipastikan benar-benar suara mirip sangkakala, seperti yang dilansir oleh liputan6.Com (01/05/2015) bahwa setelah kejadian tersebut muncul di beberapa bagian dunia, banyak spekulasi-spekulasi yang muncul dari berbagai kalangan
ada yang menyatakan bahwa suara itu adalah sesuatu yang ilmiah karena adanya pergeseran lempengan tektonik, ada juga yang menuduh bahwa suara itu adalah efek senjata pengendali cuaca AS dari fasilitas High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP), hingga ada sesuatu pernyataan yang tidak masuk akal bahwa suara itu adalah suara alien. Namun yang sangat membuat masyarakat dunia terkejut, ada beberapa pendapat bahwa suara itu merupakan suara sangkakala pertanda dunia ini akan berakhir atau kiamat, seperti yang dijelaskan kitab suci sejumlah agama.
Dalam Islam disebutkan bahwa sangkakala adalah as-Shur. Secara bahasa as-Shur Berarti tanduk. Sedangkan menurut istilah Syariat yang dimaksud as-Shur adalah sangkakala yang sangat besar yang akan ditiup malaikat yang bertugas untuk meniupnya (syarh lum’atul I’tiqad, Iman Ibnu Utsaiman, hlm 14). Sebagaimana dalam beberapa dalil menunjukan bahwa sangkakala yang ditiupkan bentuknya seperti terompet (Ustadz Ammi Nur Baits, Dewan pembina konsultasi syariah.com).
Jika berbicara mengenai terompet dalam dunia seni Karawitan Sunda,terompet sering dilapalkanatau diucapkan dengan istilah tarompet yaitu alat musik yang memainkannyadengan cara ditiup (aerophone).
Tarompet tersebut dalam perkembangan kesenian di Jawa Barat sering digunakan dalam berbagai jenis kesenian seperti kendang pencak, reog, reak, sisinggan, kuda renggong dan lain-lain .
Tarompet terbuat dari kayu yang lurus sekitar 40 Cm, kayu lurus ini berongga dan memiliki tujuh lubang nada atau dikenal dengan istilah suling , ujung pada bagian bawahnya berbentuk corong yang berguna untuk memperkeras suara yang keluar, bagian ini bernama lawong. Sedangkan pada bagian atasanya terdapat tempurung kelapa yang bentuknya menyerupai bulan sabit yang berguna untuk menahan kedua belah pipi, penahan ini menyatu dengan leher tarompet atau palet.
Sebagai sumber bunyinya menggunakan empet yang terbuat dari daun kelapa yang sudah kering.jadi tarompet memiliki beberapa bagian utama yaitu empet, palet, suling, lawong. Istilah tarompet berasal dari permainan empet.
Empet adalah suara yang ditimbulkan dari potongan lembar daun kelapa yang telah kering yang cara pembuatannya dilipat sebanyak enam lembar ,dimana ditengahnya ada bagian rongga yang terbuat dari bulu ayam atau bebek, lalu di ikat menggunakan benang (Kubarsah 1989 : 46).
Tentang istilah tarompetHaryana mengartikannya berdasarkan suku kata tarompet tersebut dalam aksara jawa hanacarakadatasawalapajayanyamagaba yaitu ta berarti tujuh, menunjukkantujuh hari dalam seminggu, ro asal kata dari ra yang berarti empat, menunjukkan arah mata angin yaitu timur, barat, selatan, utara.sedangkanpet berasal dari kata pa yang berarti satu. Bila dijumlahkan antara tujuh ditambah empat sama dengan sebelas, lalu sebelas di tambah satu sama dengan dua belas, menunjukkan dua belas bulan dalam setahun .maka dari itu tarompet adalah alat musik tiup yang kaya akan makna nilai filosofis dalam namanya.(Haryana 1998:3)
Selain makna dari namanya tarompet memiliki filosofi yang sangat istimewa dalam bagian bagian tarompetnya.Dari yang paling atas, sumber bunyinya berasal dari empet yang terbuat dari daun kelapa.Mengapa empet ini harus terbuat dari daun kelapa? Memang alasan orang tua dulu memilih empet menggunakan daun kelapa belum bisa diketahui secara pasti apa tujuannya menggunakan daun kelapa? Namun jika perhatikan, daun kelapa adalah bagian dari salah satu pohon yang memiliki manfaat dari dari akar hingga bagian yang paling atas.
Bahkan jika sudah jatuh dari pohonnya pun bagian daun ini masih bisa menjadi manfaat, dari akarnya saja dapat digunakan sebagai obat-obatan, batang dari pohonnya bisa digunakan sebagai tihang untunk rumah, buahnya sudah jelas banyak memiliki manfat, bahkan kelapa yang sudah tua dan jatuh kebawah pun akan tumbuh lagi menjadi tunas pohon yang baru.
Daunnya bisa digunakan sebagai cangkang atau bungkus kupat, dan dari bagian daun yang sudah mengeringnya bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat sapu lidi. Itulah sebagian contoh dari manfaat pohon kelapa.Maka jika di perhatikan mengapa orang tua kita dulu membuat empet dari daun kelapa yaitu selain daun yang bisa dibuat untuk mengeluarkan bunyi yang bagus mungkin karena kearifan orang tua kita dulu yaitu jika hendak membuat sesuatu yang bermanfaat maka buatlah dari sesuatu yang bermanfaat juga.
Empet ini seperti halnya otak manusia, dalam anatomi tubuh otak ini berada paling atas. Empet adalah kehendak yang keluar dalam tarompet, jika kualitas empet bagus maka suara yang keluar dalam tarompet pun bagus, maka sebaliknya jika kualitas empet kurang baik maka tarompet akan mengeluarkan suara yang kurang baik, oleh karena itu tarompet dituntut harus menggunakan empet dengan kualitas yang paling baik.
Begitupun dengan otak manusia, segala hasil dari pemikiran manusia berdampak terhadap perilakunya. Jika otak selalu berpikir negative , maka perilaku yang dilakukan oleh manusia cenderung berdampak kurang baik juga, sehingga jiga otak kita menggunakan cara berpikir yang positive,maka perilaku pun cenderung akan melakukan hal-hal yang baik. Maka pergunakanlah otak kita untuk selalu berfikir positive, sehingga ketika terhindar dari segala bentuk pemikiran negative yang akan memperburuk perilaku kita.
Bagian kedua dari tarompet yaitu palet , palet atau leher ini berada di atas untuk menyimpan batang empet agar menghasilkan suara yang cocok. Jika dilihat dalam anatomi tubuh manusia, di dalam leher terdapat tenggorokan. Tenggorokan manusia adalah area tubuh dimana mulut, rongga, hidung, kerongkongan, dan trakea semua bertemu di leher.
Fungsi utama tenggorokan yaitu sebagai jalur yang menghubungkan mulut, hidung, kerongkongan dan trakea. Hal ini memainkan peran penting dalam pencernaan dan memastikan bahwa makanan memasuki esofagus bukan trakea.Mungkin Sama halnya dengan tarompet, palet berfungsi sebagai jalur yang mengubungkan menuju bagian suling atau bagian tarompet yang memiliki rongga nada.
Setelah bagian empet dan palet, yang menarik dari tarompet ini adalah suling atau badan tarompet, suling ini memiliki tujuh lubang yang berguna untuk menghasilkan nada yang dimiliki oleh tarompet.Dalam menghasilkan nada-nadanya dibutuhkan teknik penjarian yang berfungsi menutup-buka ketujuh lubang tersebut sehingga menghasilkan nada yang indah yang dimiliki oleh tarompet.
Tujuh lubang nada ini berperan penting dalam teknik penjarian tarompet, seperti halnya dengan tujuh hari yang harus dilalui oleh manusia. Dalam hari-hari tersebut manusia akan mengalami dinamika hidup yang berliku-liku, namun liku kehidupan itu tergantung kita memainkannya dan menanggapinya, jika kita memiliki cara dan teknik dalam mengahadapi liku kehidupan, misalnya dengan tanggung jawab serta konsistensi perilaku yang baik maka hasil dari liku-liku kehidupan akan berbuah sebagai suatu pengalaman yang indah dan bermanfaat.
Sebagai bagian paling bawah dari tarompet,lawong yang berbentuk corong ini berfungsi sebagai pengeras suara, juga sebagai penyempurna suara. Lawong ini berada di posisi bawah, Dalam tubuh manusia posisi ini adalah kaki, fungsi kaki adalah untuk berjalan. Demikian dengan lawong, suara tarompet akan berjalan dengan sempurna karena adanya lawong tersebut.
Dalam kondisi utuh tarompet memiliki jumlah sembilan lubang seperti yang ada dalam tubuh manusia. Lubang tersebut memiliki fungsi dan peran yang penting dalam kehidupan manusia, sama halnya dengan tarompet, setiap lubangnya memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Jadi jika dilihat dari bentuknya, tarompet ini adalah gambaran dari bagian tubuh manusia, empet seperti otak, palet adalah lehernya, suling sebagai badan, dan lawong adalah kakinya. Tarompet mengajarkan tentang bagaimana cara menggunakan bagian-bagian tubuh kita agar menjadi sesuatu yang berguna sebagaimana mestinya.
Terkadang nilai-nilai yang terdapat dalam suatu alat musik, sering dilupakan maknanya. Jika kita megamati dan menggalinya lebih dalam, alat musik memiliki nilai-nilai sebagai pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat.