Ciamis termasuk wilayah yang rawan bencana alam. Pada peringkat nasional, Kabupaten Ciamis berada pada urutan ke-15 peta rawan bencana Indonesia.
Dibandingkan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, kondisi alam Ciamis termasuk dalam peta kerawan bencana tinggi. Bahkan terjadinya serentetan peristiwa alam seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung belakangan ini menempatkan Kabupaten Ciamis menduduki peringkat 15 nasional.
"Berdasar peringkat kebencanaan Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Ciamis berada pada urutan ke-15 dari seluruh kabupaten di Indonesia. Sedangkan di wilayah Provinsi Jawa Barat, berada pada urutan lima," tutur Bupati Ciamis Iing Syam Arifin, Kamis, 12 Oktober 2017.
Dia mengungkapkan posisi rawan bencana tersebut disebabkan secara geografis kondisi lingkungan bentang alam Ciamis berbukit. Dengan demikian, potensi terjadinya bencana alam lebih tinggi. Dibanding banjir dan puting beliung, sebagian bencana berupa tanah longsor. "Sebagian besar tanah longsor, karena topografi Ciamis berbukit. Kondisi itu tersebar di hampir seluruh kecamatan," katanya.
Beberapa kecamatan yang masuk dalam peta rawan bencana longsor dan banjir di antaranya kecamatan Banjaranyar, Banjarsari, Pamarican, Lakbok, Purwadadi. Untuk pergerakan tanah sebagian besar di wilayah Ciamis utara, di antara Kecamatan Tambaksari, Panumbangan, Panjalu dan Cihaurbeuti.
Berkenaan penanganan, lebih lanjut Buati Ciamis Iing Syam Arifin mengungkapkan tahun 2017 tersedia Rp 10 miliar. Anggaran tersebut masuk dalam pos dana tidak terduga (DTT). Selain itu juga terdapat sumber lain yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, misalnya Dinas Sosial, Pekerjaan Umum, BPBD dan lainnya.
"DTT tahun ini sebesar Rp 10 miliar. Apakah ada tambahan tau tidak, akan dibahas pada anggaran perubahan. penangan bencana juga tidak hanya ditanggulangi DTT, akan tetapi juga SKPD terkait. kami punya strategi penanggulangan," jelas Iing.
WASPADA
Mengingat potensi rawan bencana di Ciamis tinggi, dia juga mengimbau masyarakat, terutama yang tinggai di perbukitan atau dekat dengan aliran sungai agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Terutama saat curah hujan tinggi seperi sekarang ini, sehingga potensi terjadi bencana lebih tinggi.
"Saya minta warga yang tinggal dibukti atau sisi tebing, termasuk dekat sungai lebih waspada. Tingkatkan siskamling. Kami bersama dengan instansi terkait juga terus menyosialisasikan kerawanan tersebut," tambahnya.
Sementara itu longsor sepanjang 125 meter juga mengakibatkan aliran irigasi setengah teknis di Desa Mekarsari, Kecamatan Cipaku longsor, sering dengan ambrolnya tebing yang ada di atasnya. Kejadian tersebut juga mengakibatkan akses jalan Dusun Padasuka, Desa Mekarsari ambles hingga empat meter.
Camat Cipaku Dadang mengatakan, kejadian tersebut mengakibatkan warga Rt 5 Rw 6, Dusun Padasuka, menjadi terisolir. Jalan utama menuju wilayah tersebut tidak mungkin diperbaiki.
"badan jalan harus dialihkan ke tempat lebih aman. Warga juga membuat jalan setapak sehingga dapat keluar dari temoat tersebut," katanya.