Pada waktu musim hujan, hanya ada satu rumah yang banyak dikelilingi tumbuh – tumbuhan liar yang menjulang tinggi, rumput – rumput pun tumbuh semaunya tanpa harus permisi kepada penghuninya.
Di rumah itu tinggalah gadis cantik berambut panjang, gadis itu mungil. Dia hidup sebatang kara di rumah itu. Ibu dan ayahnya berpisah, ibunya menemani neneknya di desa yang sangat jauh dari rumah itu.
Sungguh malang nasibnya, siang malam dia lewati dengan kesepian tanpa kawan, tanpa canda, tapi apa daya gadis itu harus merawat rumah itu dengan baik karna merasa sayang jika rumah itu tak berpenghuni.
Karna musim hujan. Siang, sore, malam, rasanya lelah jika harus menemani air yang tumpah dari langit tanpa memberi syarat atau suatu pertanda. Memberipun kadang tak tepat karna mendung tak selamanya berarti hujan.
Malam itu tepatnya habis maghrib. Tiba – tiba ada sesosok mahkluk kecil, hitam dan mungil yang tengah berjalan lamban namun pasti seolah menuju sasaran. Berteriaklah gadis itu sekencang – kencangnya. karna saking kagetnya, melihat sosok LINTAH yang mendekati kakinya. Berlarilah gadis itu mencari sandal jepitnya dan
PLAK...PLAK...PLAK... terdengar nampak keras hingga berulang – ulang dihentakkan sandal jepit itu ke lantai.
Akhirnya, matilah sudah lintah itu.
Dasar lintah...
Coba kalau nempel di kakiku, habislah darahku dihisapnya. Gumam gadis itu
Dihari yang berikutnya. Pagi – pagi habis dia bangun tidur, dia menuju dapur untuk membuat sarapan. Seketika langkahnya pun terhenti karna dia melihat lintah lain yang sudah mati dan dikerubuti semut – semut. Gadis itu langsung berpikir ...
Ahh...mungkin ini lintah yang ku bunuh kemarin, diangkut sama semut – semut itu.
Dia tinggalkan masalah lintah mati itu dan bergegas membuat sarapan.
***
Malam rasanya sulit untuk memicingkan mata. Tapi tanpa terasa gadis itu pun memejamkan mata seiring larutnya malam yang semakin dingin. Dalam mimpinya, dia didatangi lintah – lintah yang banyak yang siap mengkerubuti tubuhnya dan akan menempel diseluruh tubuhnya dan akan menghisap darah gadis itu sampai mati.
Hai gadis mungil....
Kamu lupa? Aku yang tadi kamu bunuh dengan sandal jepitmu sampai gepeng dan tak berbentuk seperti ini.
Hah... kamu...
Maaf ...
ampun ... ampun ...
Aku tidak bermaksud membunuhmu...
Tadi aku takut, karna kau menghampiri kakiku. Kupikir kau akan menghisap darahku dan membuat ku mati.
Ampun ... ampun ...
Dengan wajah ketakutan, dan berteriak – teriak minta tolong seolah tak ada yang menghiraukan. Gadis itu pun tersadar dari mimpinya dengan tubuh penuh keringat dan nafas tersengal - sengal. Segera jemarinya menyalakan lampu kamar tidurnya yang tadinya gelap tak berlampu. Gadis itu pun berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih untuk mengobati nafas yang tersengal - sengal karna mimpi seekor lintah yang berbentuk menakutkan. Al hasil bukan segelas air putih yang didapatnya.Teriakan kaget karna, ketika baru keluar dari pintu kamar tidurnya, gadis itu melihat seekor lintah yang sedang menuju kamarnya.
Hah...
Kamu lagi ...
Berlarilah gadis itu dan mengambil sandal jepit lalu dibunuhlah lintah yang akan menuju kamar gadis itu. Seolah tak menghiraukan mimpinya tadi. gadis itu pun melupakan segelas air putih dan kembali ke ranjangnya untuk memejamkan matanya hingga pagi tiba tanpa adanya bayang – bayang seekor lintah.
Melanjutkan tidurnya berhasil gadis itu lewati tanpa adanya bayang – bayang lintah. Pagi pun gadis itu lewati dengan sempurna pula. Hingga pagi haripun berganti dengan malam di hari berikutnya. Bahkan hatinya gembira, karna di hari itu tak seekor lintahpun bertamu ke rumahnya tanpa permisi.
Akhirnya ...
Aku bisa tidur tenang tanpa dihantui seekor lintah ... hehehehe ...
Gumam si gadis sambil tertawa kecil
***
Si gadis pun seperti biasa, beranjak dari duduk nya dan menuju kamar untuk tidur dan memeluk bantal gulingnya. Matapun seolah enak untuk diajak kompromi, karna begitu cepatnya untuk memejamkan mata. Tiba – tiba di alam bawah sadarnya dia bermimpi untuk yang kedua kalinya, dia didatangi lintah – lintah raksasa.
Hai... gadis jahat
Kenapa kamu membunuh kami?
Apa salah kami hingga kamu tega membunuh kami?
Kata lintah – lintah dalam mimpi si gadis
Hah ...
Lintah ...
Ampun ... ampun ...
Kamu duluan yang datang ke rumahku tanpa permisi. kalau kalian permisi kan aku tidak akan bunuh kalian.
Hai gadis manis ... tapi oon ...
Kamu lupa kalau kami tidak bisa berbahasa seperti bahasa manusia.
Apa kami tahu kalau ini rumahmu, kami hanya berjalan, berjalan dan berjalan ada lubang di bawah pintumu.
Karna tubuh kami kecil, masuklah kami.
Jangan salahkan kami dong !!!!!!!!!!
Maaf ... maaf ...
lintah ...
Sungguh bukan maksudku ...
Maaf ...
Aku janji ...
Aku janji jika ada bangsa lintah aku tidak akan bunuh
OKE ...
Aku setuju
Kita bikin kesepakatan. Kalau kamu mengingkarinya.
Ku pastikan sekelompok kawanku yang lain akan menempel pada bagian tubuhmu. Dan akan mengambil darahmu.
OKE setuju ...
Iya ... aku setuju
Ayam berkokok, tampak pagi mulai menelanjangi mata dan tak bisa terelakkan dari sinar matahari yang mulai tampak dan menembus kaca jendela kamar si gadis itu. Si gadis itu pun terbangun. Sejenak dia mematung dan mengingat mimpinya tadi malam. Si gadispun ingat bahwa dirinya membuat suatu perjanjian dengan raja Lintah, bahwa dirinya tidak boleh membunuh lintah – lintah yang datang ke rumahnya tanpa permisi.
Si gadis itu pun memulai aktivitas seperti biasa, betapa terkejutnya dia setelah melihat lintah di lantai dekat ranjangnya. Sontak dia pun menjerit dan lari terbirit – birit keluar dari kamar tidur untuk mengambil sandal jepit yang biasa untuk membunuh lintah. Lantas dia teringat perjanjiannya dengan raja lintah. Akhirnya dia ambil sapu untuk menyingkirkan lintah dari kamarnya dan disingkirkan dengan lembut keluar rumahnya.
Dengan kejadian itu, si gadis itupun mulai terbiasa dengan kedatangan lintah yang tanpa permisi datang kerumahnya.