BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diare pada unggas khususnya ayam dapat terlihat dari feses yang dikeluarkan ayam. Feses atau berak ini tidak berwarna coklas seperti biasanya. Tidak jauh dengan manusia ketika mengalami diare, feses yang dikeluarkan ayam pun berstruktur encer dengan tambahan warna putih seperti kapur atau hijau. Diare ini terjadi karena ada infeksi pada sistem pencernaan yang bisa diakibatkan oleh bakteri atau cacing.
Penyebab diare dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis berak yang dikeluarkan ayam, diantaranya:
1. Berak Kapur atau Pullorum
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum . Berak kapur sering ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari. Gejala yang timbul adalah napsu makan menurun, kotoran encer dan bercampur butiran-butiran putih seperti kapur, bulu dubur melekat satu dengan yang lain, jengger berwarna keabuan, badan anak ayam menjadi menunduk, sayap terkulai, dan mata menutup. Selain itu anak ayam akan terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat yang hangat.
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak benar-benar tampak. Ayam dewasa yang terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur, depresi, anemia, kotoran encer dan berwarna kuning.
2. Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula pengobatannya. Selama ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella pullorum. Penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak langsung termasuk saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Gejala penyakit ini adalah jengger berwarna biru, mata lesu, napsu makan menurun, dan sekitar pantat terlihat memutih dan lengket.
Selain karena bakteri, diare pada ayam disebabkan oleh tumbuhnya cacing Ascaridia galli di usus ayam. Infeksi cacing ini berdampak pada peradangan saluran pencernaan sehingga ayam tidak mampu untuk mencerna dan memanfaatkan makanan dengan baik dan pertumbuhannya terganggu. Castro (1990) menyatakan bahwa peradangan usus menyebabkan pelepasan zat-zat seperti histamin, serotonin, prostaglandin yang dapat dapat merangsang peningkatan motilitas otot-otot polos. Peningkatan motilitas otot-otot polos saluran pencernaan menyebabkan gejala seperti muntah, sakit perut dan diare yang dapat menyebabkan fungsi pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dalam usus menurun.
C. Obat Kimia untuk Mengatasi Diare pada Ayam
Pemberian obat kimia atau antibiotik kimia pada ayam yang diare bermacam-macam jenisnya. Pada ayam yang beraknya putih seperti kapur (berak kapur) atau beraknya hijau yang disebabkan bakteri Salmonella pullorum atau semisalnya dapat diberi suntikan berupa furozolidon, coccilin , neo terramycin, tetra, mycomas, atau preparat sulfonamide di dada ayam. Sedangkan pada ayam yang diare karena cacingan (Ascaridia Galli) dapat diberi obat cacing kimia seperti piperazine dengan dosis sebanyak 50-100 mg/kg bobot badan.
D. Bawang Putih dan Manfaatnya
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman umbi yang termasuk ke dalam keluarga Amaryllidaceae. (Farrel,1985) Bawang putih yang ada di Indonesia berasal dari daerah Kirgiztan, Asia Barat yang kemudian tumbuh menyebar ke Mesir, Perancis bagian Selatan, Italia dan Sisilia.
Bawang putih memiliki beberapa jenis diantaranya adalah bawang putih varietas putih, merah muda dan kuning. Menurut Reynold (1982) untuk tujuan pengekstrakan, bawang putih varietas putih lebih banyak digunakan. Struktur morfologi bawang putih terdiri dari akar, batang semu, tangkai, dan bunga pendek (Farrel,1985). Umbi bawang putih tersusun dari beberapa siung yang dibungkus dengan kulit putih tipis. Umbi tersebut merupakan batang semu dan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
Bawang putih sudah dikenal manusia sejak 4000 tahun lebih. Dalam sebuah papyrus bertarikh 1500 SM ditemukan catatan bahwa orang Mesir percaya ada 22 khasiat bawang putih untuk mengobati penyakit. Tidak heran jika bawang putih ditemukan di dalam makam Raja Tutankhamun dari Mesir dan dikonsumsi para pembangun piramid untuk meningkatkan stamina dan mencegah penyakit. Di masa lalu, orang Yunani dan Romawi menggunakan bawang putih untuk mengobati lepra dan asma, serta menghalau kalajengking. Sedangkan di dalam resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep untuk diet (Winarno 2006)
Walaupun bawang putih mempunyai bau yang khas sehingga kurang disukai sebagian orang, bawang putih banyak manfaatnya bagi manusia diantaranya berkhasiat sebagai penurun kadar kolesterol karena mengandung zat ajoene, (senyawa yang bersifat antikolesterol dan membantu mencegah penggumpalan darah), membantu menghindari kanker seperti dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh University of Minnesota. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko terkena kanker di usia tua berkurang sebanyak 50% bila mengkonsumsi bawang putih secara rutin. Selain itu bawang putih dapat menyembuhkan penyakit tekanan darah tinggi dan stroke karena mengandung Alisin yang mencegah akumulasi plak pada dinding arteri, meringankan tukak lambung, meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes, melumpuhkan radikal bebas yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, serta bermanfaat sebagai penawar racun (detoxifier) yang melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit. Pada tahun 1858 Louis Pasteur menemukan bahwa bawang putih juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia II, bawang putih sering dipakai sebagai desinfektan untuk membersihkan luka terbuka, serta mencegah gangrene pada saat tidak ada antibiotik (Winarno 2006).
E. Kandungan Dalam Bawang Putih
Bawang putih sebagian besar terdiri dari air (56-68%) dan karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan secara medis, adalah kandungan senyawa organosulfur (11-35 mg/g fresh garlic). Bawang putih juga banyak mengandung senyawa sulfur seperti penicilin dan prebucol.
Menurut Reynold (1982) dari bawang putih dapat diekstrak menjadi air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B komplek, vitamin C, mineral kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) dan kalium (K), serta zat-zat aktif yang meliputi:
1. allicin ( thiopropen sulfinic acid allyl ester) yaitu senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat antibakteri,
2. skordinin yang memberi bau yang tidak sedap pada bawang putih, tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik,
3. alliil (propenyl alanina ) yang memberi bau khas pada bawang putih dan juga berfungsi sebagai antiseptik dan anti oksidan,
4. saponin yang dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis,dan bersifat antibakteri,
5. d iallyl sulfida dan prophyl allyl sulfida yang bersifat trombolik dan penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga diduga bersifat antelmintika, dan
6. m ethilalil trisulfida yang dapat mencegah terjadinya perlengketan sel darah merah
BAB III
PEMBAHASAN
Bakteri Salmonella pullorum atau sejenisnya dan cacing Ascaridia Galli menyebabkan peradangan atau infeksi pada sistem pencernaan ayam terutama usus yang berfungsi menyerap sari-sari makanan. Peradangan ini menyebabkan diare pada ayam yang berujung pada menurunnya bobot ayam. Untuk mengobati penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau cacing ini dibutuhkan antibiotik. Berikut ini adalah pemaparan mengenai antibiotik alami dengan menggunakan bawang putih.
A. Bawang Putih Sebagai Antibiotik Alami dalam Mengobati Diare pada Ayam Peternakan
Berdasarkan kandungan yang berada dalam bawang putih, baik sebagai anti bakteri, antiseptik terhadap luka khususnya peradangan pada usus sangat cocok diberikan pada ayam yang mengalami diare sebagai antibiotik alami.
Dengan pemberian bawang putih, populasi bakteri ataupun cacing dapat berkurang. Hal ini terbukti pada penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan simplicia (jus bawang putih) bawang putih sebagai obat cacing, yaitu dengan melakukan pengujian in vitro pada cacing Asacaridia galli dengan dosis 64 % yang dapat membunuh cacing Ascaridia galli dengan kondisi tubuh cacing menjadi transparan. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih diduga dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis sehingga cacing mati dan tubuh cacing terlihat transparan.
Mekanisme antiparasit bawang putih pada ayam yang diare karena cacing diawali oleh allicin yang dapat menembus dinding sel cacing yang tersusun dari fosfolipid. Setelah menembus dinding sel, gugus thiol, dalam hal ini diallyl sulfida, bereaksi dengan enzim-enzim yang mengandung sulfuhydril yang menyusun membran sel yang menyebabkan struktur dinding sel cacing akan rusak dan lisis.
Sama halnya pada ayam yang diare karena bakteri, allicin pada bawang putih bekerja dengan cara menghancurkan kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah maka pertumbuhan bakteri dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian bakteri Salmonella pullorum atau sejenisnya. Saponin yang terkandung pada bawang putih juga bersifat antibakteri dengan meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel bakteri akan rusak dan lisis.
B. Pemberian Bawang Putih pada Ayam Peternakan yang Diare
Pemberian bawang putih pada ayam peternakan yang diare dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Pemberian potongan bawang putih pada ayam secara manual. Bawang putih dikupas dari kulitnya kemudian dipotong kecil-kecil, selanjutnya disuapkan pada ayam yang diare.
2. Membuat serbuk bawang putih yang selanjutnya dijadikan tambahan komposisi ransum ayam.
Serbuk bawang putih diperoleh melalui beberapa proses, mula-mula dilakukan
pengupasan kulit luar lalu diris-iris tipis. Irisan bawang putih dijemur yang sebelumnya telah dilapisi plastik hitam tipis untuk kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Kunyit dan bawang putih yang telah kering, lalu digiling untuk dibuat serbuk dengan mesin grinder. Kemudian dilakukan pengayakan, untuk memisahkan bahan padatan dan hanya yang berukuran kecil yang akan lolos. Serbuk ini kemudian ditambahkan pada komposisi ransum ayam, baik itu ayam broiler, layer, ataupun ayam kampung.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bawang putih merupakan antibiotik alami yang bersifat antimikroba baik itu bakteri ataupun cacing dengan kandungan-kandungan aktif pada bawang seperti allicin ,
skordinin, alliil , saponin , diallyl sulfida dan prophyl allyl sulfide, dan methilalil trisulfida.Selain sebagai antibiotik pada ayam yang diare, bawang putih dapat mengurangi kolestrol pada ayam sehingga ayam yang diternakan sehat dan memenuhi kebutuhan konsumen sebagai penyedia protein dan lemak hewani.
B. Saran Rekomendasi
Kepada para pembaca, baik peternak ataupun mahasiswa yang mempelajari ilmu nutrisi dan teknologi pakan, berikanlah pakan dan antibiotik alami pada hewan ternak agar tidak ada residu ketika dikonsumsi oleh kita semua sebagai konsumen dari hasil peternakan. Jagalah kebersihan ternak sehingga tidak ada penyakit, baik yang berasal dari bakteri, virus, ataupun cacing.