
BANDUNG, FIN.CO.ID- Gempa yang terjadi di Cianjur Jawa Barat, saat ini dikaitkan dengan adanya proses kristenisasi yang terjadi di Cianjur.
Sebuah pemberitaan berupa tangkapan layar tersebar di media sosil yang mengulas tentang adanya proses kristenisasi terselubung di Cianjur Jawa Barat.
Pemberitaan itu dimuat pada tahun 2017. Namun kembali tersebar setelah adanya gampa Cianjur yang telah merenggut 270 orang dan puluhan lainnya hilang serta ribuang orang mengungsi.
Lantas benarkah adanya proses kristenisasi di Cianjur?
Kabar adanya kristenisasi di Cianjur ini pernah dibantah oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kenkemenag) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 lalu.
Saat itu Plt Kepala Subbag Tata Usaha Kankemenag Cianjur, Asep Kaerul Mukmin, yang juga saat itu menjabat sebagai Kasi Bimas Islam mengatakan, pemberitaan kristenisasi Cianjur sudah tersebar sejak tahu 2018. Dia menegaskan bahwa kabar itu hoaks alias tidak benar.
"Pada awal tahun 2018 berita ini sudah muncul dan kemudian langsung ditindaklanjuti oleh Peneliti Balitbang Kemenag RI dengan peneliti yaitu Bu Faiqoh dan Bu Lubna yang langsung menuju lokasi didampingi KUA dan penyuluh," kata Asep Kaerul waktu itu, seperti dikutip dari fin portal Kankemenag Jawa Barat, Kamis 24 November 2022.
Dia melanjutkan, hasil temuan di lapangan bahwa Desa Panyawangan yang disebut dalam berita tidak ada.
"Di wilayah Ciranjang Cianjur, terdiri dari Desa Cibiuk, Desa Ciranjang, Desa Gunungsari, Desa Karangwangi, Desa Kertajaya, Desa Mekargalih, Desa Nanggalamekar, Desa Sindangjaya, dan Desa Sindangsari," urainya.
"Sedangkan untuk warga Non Muslim berada di Desa Sindangsari dan Kertajaya Cianjur dan merupakan warga keturunan," ujarnya.
Bahkan, sesuai informasi yang didapat dari penyuluh yang bertugas di daerah Ciranjang bahwa sudah banyak warganya yang mualaf, terutama di Desa Kertajaya Kampung Pasir Kuntul dan penyuluh yang bertugas bernama Ismail.
"Warga yang mualaf sudah diberikan pembinaan dan pembekalan dari penyuluh yang bertugas disana," ujarnya.
Keterangan tambahan pun di dapat dari seorang Peneliti Balitbang Kemenag RI, Ibnu Hasan Muchtar mengatakan bahwa berita ini sudah lama diterbitkan dan memang berita ini tidak benar.
"Saya memang mengadakan penelitian di Kab. Cianjur mengenai penggunaan rumah tinggal yang dijadikan tempat peribadatan umat Kristiani dan pada saat permasalah ini muncul, saya dan tim langsung turun untuk mendapatkan keterangan langsung dari berbagai sumber yaitu pihak Kemenag Kab. Cianjur, KUA dan penyuluh di wilayah tersebut dan tidak ditemukan kristenisasi seperti yang diberitakan," jelasnya.
Ia menilai bahwa warga yang Non Muslim di wilayah tersebut adalah warga keturunan yang dari dulunya memang sudah beragama Non Muslim.
Saat kontributor menelusuri berita hoax yang berasal dari website nahimunkar.org tercantum bahwa berita ini dipost pada tanggal 6 November 2017. Sumber berita pun tidak dijelaskan asal dan narasumber terpercaya yang dapat bertanggungjawab terhadap pemberitaan ini.
Update Korban Meninggal Gempa Cianjur
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, korban meninggal akibat gempa Cianjur per Kamis 23 November berjumlah 271 jiwa.
Jumlah itu bertambah dari sebelumnya setelah upaya pencarian korbam terus dilakukan oleh Tim SAR.
Per hari ini, 271 jenazah sudah teridentifikasi. Pencarian dan evakuasi gabungan dari tim SAR, BNPB, BPBD, TNI/POLRI dan relawan lebih dari 1.000 personil," kata Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan pers di Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Rabu 23 November 2022.
Suhayanto mengatakan, dari pencarian Tim SAR ditemukan sebanyak empat orang, tiga diantaranya meninggal dunia dan satu orang selamat. Sementara masih ada korban hilang 40 orang.
"Data ini dari Puskesmas dan Rumah Sakit di Cianjur, akan ditelusuri apakah termasuk yang sudah dimakamkan oleh keluarganya," tambahnya.
Suharyanto menegaskan tim gabungan masih terus melakukan pencarian.
Dia merinci, pendataan sementara, korban luka tercatat 2.043 orang dan mengungsi 61.908 orang.
Sedangkan kerugian materil sebanyak 56.320 rumah alami kerusakan dengan rincian rusak berat 22.241 unit rumah, rusak sedang 11.641 unit rumah dan rusak ringan 22.090 unit rumah.
Fasilitas umum lainnya juga turut terdampak, antara lain 31 unit sekolah, 124 tempat ibadah, tiga fasilitas kesehatan, dan tiga belas gedung
"Rumah ini didata mulai RT, RW, kepala desa, Babinsa, Babinkamtibmas sampai kepala OPD, kepala OPD telah diperintahkan oleh Bupati untuk ikut melakukan pendataan, di samping itu adanya bantuan dari perguruan tinggi, tim PUPR juga telah turun melakukan pendataan," tutur Suharyanto.
Sumber: Fin.co.id