Nindi,
Aku langsung tertidur dikamar kakakku.Baru sesaat memejamkan mataku aku mendengar suara pintu terbuka dan suara langkah masuk kedalam rumah.
Aku langsung terbangun, dan mengintip dari celah pintu kamar, aku melihat ternyata bapak yang pulang kerumah.
Sudah jam 01:12 malam, bapak selalu pulng malam semenjak ibu meninggal, setelah pulang kerja bapak selalu pergi entah kemana, tak memperdulikan keadaan kami anaknya.
Untuk semua urusan sekolah dan urusan rumah tangga kakak yang mengurus semuanya.
" hueeek hueeek heekk,....! "
Sepertinya bapak muntah, apa Dia pulang dalam keadaan mabuk lagi, entah kenapa aku sangat membenci bapak, Karena dia ibu kami meninggal.
Flashback 8 hari lalu
Ibu masih menidurkan adik sambil menangis, ia langsung ikut tertidur juga disamping ayunan adik ku nina.
-----pagi hari-----
Saat itu aku demam dan tidak pergi kesekolah, sementara kakak sudah pergi sekolah sejak tadi pagi.
" gubraakk!! " pintu rumah ku terbuka keras
"ayo kita usg kandungan mu!? " teriak bapak menarik paksa ibuku.
" mas, anak kita sedang tidur mas, kamu tega meninggalkan mereka, bagaimana jika terjadi apa apa!? " ucap ibu ku menghentikan langkahnya.
" halaah,, banyak sekali alasanmu, mereka bisa menjaga diri sendiri, nindi sudah 7 tahun toh bisa menjaga adiknya, buat apa punya anak perempuan kalau tak berguna! " bentak bapak pada ibu sambil menarik tangan ibu.
"Tapi mas, nindi sedang sakit!? "ucap ibu
" Ayo jangan banyak alasan kamu!! " bapak terus menarik paksa ibu.
Setelah mereka pergi aku pun menangis.
Bapak
Aku sengaja memaksa istriku untuk usg, aku sudah muak dengan anak perempuan karena ibu ku mewanti wanti jika anak yang dikandung istriku perempuan lagi maka aku tak dapat mewarisi harta ibu ku, aku sangat ingat ancaman ibu ku kala itu.
" Hadi,! Apa istrimu hamil?? " tanya ibu kala itu.
" ya buk, yanti sedang hamil?? " jawabku
" kamu harus pastikan jika anak yang dikandung istrimu itu laki laki, kalau perempuan lagi maka kamu tak dapat apa pun harta dari ibu, warisan bisa saja jatuh ketangan kakakmu karena kakak mu telah punya dua anak laki laki.!" ucap ibu tegas waktu itu.
" tapi bu, ini tak adil, bukannya aku anak satu satu laki laki ibu?? Seharusnya ku yang lebih berhak mendapat harta warisan bapak.! " ucapku tak terima dengan keputusan ibu.
" Sebelum bapak mu meninggal bukan nya bapak telah mewanti wanti agar kamu memiliki anak laki laki!? " tanya ibu lagi
" itu sudah final. Hadi, kamu harus berusaha punya anak laki laki. " ucapnya
" Tapi bu, sudah tiga anak kami perempuan, keinginan kami punya anak laki laki sudah pupus bu,! " ucapku putus asa.
" hadi,, hadi,,, kamu ini laki laki bukan perempuan, gampang sekali hadi, kamu tinggal menikah lagi jika kandungan istri kmu itu perempuan, gampang kan?? " ujar ibu memberi ide.
" Tapi bu, aku belum punya calon istri lagi. "
" kalau calon nya itu gampang, ibu bisa pilihkan calonnya, bukan dari awal ibu dulu sudah menjodohkan mu dengan Riska, tapi kmu malah memilih menikah dengan yanti, gadis miskin yatim piatu itu.! Dan kamu lihat kan, kamu sial menikah dengan nya, anak kamu perempuan semua, !" ucap ibu panjang lebar megingatkan ku.
"kamu tahu tidak hadi, kalau sekarang Riska sudah punya dua anak laki laki, coba kalau kamu dulu menikah dengan Riska, mungkin anak kamu laki laki, pokoknya kamu harus secepatnya suruh yanti usg, jika anaknya perempuan lagi, kamu bisa menikah lagi, kalau dia menolak, ceraikan saja dia.! "
" Baik lah bu, aku akan menyuruh yanti usg, kalau gitu aku pulang dulu bu, agar semuanya cepat selesai,. " pamitku pada ibu
Didalam perjalanan pulang kerumah perkataan ibu masih ku ingat, gawat jika aku tak dapat warisan, sial sekali kenapa yanti tak bisa memberi anak laki laki untukku.
Setelah hari itu hari hari aku selalu bertengkar dengan istriku, aku menuntutnya agar segera usg, namun yanti menolaknya.
Aku sangat bingung dan frustasi.
Yanti
Aku bingung dengan sikap mas hadi akhir akhir ini dia sudah berubah dan bersikap kasar pada kami, bahkan dia selalu membentak dan memarahi anak anaknya. Aku sungguh tak rela dan sakit hati. Sebenarnya sebelum mas hadi menyuruhku usg, aku telah melakukan usg untuk mengetahui jenis kelamin anak kami, namun ku menyembunyikan semuanya dari mas hadi, aku takut mas hadi kecewa karena anak dalam kandungan ku perempuan lagi.
Setelah bertengkar dan mas hadi sering pergi dari rumah, setelah anak ku semua tertidur, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku, aku sangat frustasi tak bisa cerita pada siapapun, ibu dan ayah ku telah lama meninggal dunia, lebih baik aku juga akan mat* menyusul orang tua ku, aku yakin pasti aku akan berjumpa dan bahagia dengan mereka.
" Rani, nindi, nina, ibu pergi nak, maafkan ibu, ibu terpaksa meninggalkan kalian.!"
" Aaaaaa........... " jerit Rani melihat ibunya yang sudah menggantung dikamar mandi lidahnya terjulur dengan perut yang besar. Kaget melihat keadaan ibunya yang kaku menggantu** dikamar mandi.
" Aaaaaaaa ibu, ibu jangan tinggalkan kami. " jerit Rani, dia duduk terkulai lemas melihat keadaan ibunya yang telah kaku.
" ibu,,, kenapa bu... ," isaknya.
Rani langsung berlari mencari pertolongan tetangganya.
Sementara adik adiknya belum bangun dari tidurnya.
" tok tok, tok, wak isah wak isah toling rani. " panggil rani pada wak isah tetangganya. Wak isah langsung membuka pintunya, wak isah kebingungan karena pagi pagi sekali rani mengetuk rumahnya.
" ada apa rani? Kenapa kamu menangis? Dan mengapa kamu pagi pagi memanggil wak. " tanya wak isah kebingungan.
" Wak tolong ibuku. wak ibuku, ayo kita kerumahku, aku takut ibu wak.. " isak rani pilu
"ayo nak, sebentar ibu tutup pintu rumah wak dulu ya, " ucap wak isah, wak isah menggandeng tangan rani dan berjalan bersama Rani.
Rani dan wak isah telah sampai dirumah Rani.
"ayo masuk nak, ada apa dengan ibumu? " tanya wak isah masih bingung.
Rani hanya mematung diam, sambil meneteskan air mata dia berkata.
" wak tolong wak lihat ibu dikamar mandi, bagaimana keadaan ibu wak?? " ucap Rani sambil menunjuk rumah nya menyuruh wak isah masuk kedalam.
" baiklah nak, kamu tunggu sini ya? "ucap wak isah, dan berlalu masuk kedalam rumah Rani.
" astaghfirullah yanti,,!! Kenapa kamu nekat melakukan ini!? Bagaimana dengan anak anak mu? Suami mu dimana? Ucap wak isah terkejut melihat keadaan yanti tergan*ung dikamar mandi.
Wak isah langsung keluar rumah dan memberi tahu suaminya dan tetangga yang lain, serta mengkhabarkan meninggalnya yanti ke masjid.
Semua orang pun berbondong bondong datang, polisi juga datang ketempat kejadian dan langsung membawa mayat kerumah sakit.
Para tetangga sangat prihatin melihat anak anak yanti, dan tak habis pikir dengan kelakuan hadi yang tak ada dirumah saat itu.
Hadi
Setelah aku memaksa usg yanti istriku, aku sangat kecewa karena dokter menjelaskan bahwa anak dalam kandungan yanti berjenis kelamin perempuan.
---- flashback waktu itu dirumah sakit----
Sepanjang. Perjalanan kerumah sakit aku hanya diam dan berharap anak dalam kandungan yanti bayi laki laki. Kami telah sampai dirumah sakit dan segera turun dari mobil dan menemui perawat rumah sakit yang berjaga.
" sus, ini saya hadi sudah janji dengan dokter Mery, bolehkah saya langsung keruangan.!? " tanya ku pada suster
" silahkan pak. Tadi dokter mery sudah berpesan pada saya bila bapak dan ibu datang untuk segera masuk saja keruaangan beliau.!" jawab suster ramah.
Kami. Langsung melangkah dan menuju keruangan dokter mery.
"tok tok tok"
" masuk!" ucap dokter mery mempersilahkan kami.
" Langsung saja dok, saya dan istri saya mau usg, saya ingin melihat jenis kelamin anak yang ada dalam kandungan istri saya. " ucapku
" baik ayo pak, bu kita keruangan usg. "
Setelah diruangan usg
Aku melihat yanti selalu tertunduk, sebenarnya aku sangat kasihan denganya tapi mau bagaimana lagi aku harus tegas ini semua demu masa depan hidupku juga, aku tak mau jika harta warisan bapakku jatuh 80% ketangan kakak ku.
Dokter laangsung mempersiapkan alat untuk usg dan menjelaskan apa saja gambar yang tertera dimonitornya.
" alhamdulillah ini kandunganya sehat, dan posisi bayi nya tak ada masalah, bisa melahirkan normal, berat badan bayinya juga sudah bagus, serta tali pusar dan plasenta nya juga tak ada masalah. "
" dok apa jenis kelaminnya!?" ucap ku tak sabaran.
" Alhamdulilah sepertinya jenis kelaminnya perempuan pak, selamat ya,? " ucap dokter mery tersenyum Mendengar jawaban dokter mery aku langsung murung tak mau lagi memandang istri dan tak mau lagi mendengarkan penjelasan kandungan yanti.
Ingin rasanya aku segera pergi dari rumah sakit itu. Sial sekali kenapa tuhan tak memberiku anak laki laki dari yanti, kalau begini aku harus mengikuti perintah ibu.
Aku dan yanti berjalan pulang melewati koridor rumah sakit, aku sengaj mempercepat langkahku dan meninggalkan yanti.
" mas tunggu aku,,.. " teriaknya kala itu
Aku tak peduli aku terus melangkah secepatnya dan meninggalkan yanti, aku langsung menaiki mobilku dan meninggalkan yanti.
Aku melihat dari kaca spion mobilku. Yanti mengejarku, tapi ku tak peduli aku langsung gas mobilku mempercepat laju mobilku. Aku akan kerumah ibu ku dan membicarakan pernikahanku dengan wanita pilihan ibu, terserah dengan yanti, setuju atau tidak aku tetp akan menikah dan mempunyai anak laki laki.
Setelah sampai dirumah ibu, ibu menyambutku dengan gembira dan mengenalkan aku dengan wanita pilihan ibuku, memang saat itu ibu yang mengatur semua ini, ibu mengenalkan ku dengan seorang wanita cantik dan berkelas gaya nya sangat elegan sepertinya dia wanita kaya raya, namanya Sela.

Ilustrasi
" hadi ayo masuk, ibu akan mengenalkan kamu dengan wanita cantik dan pinter, juga dia menerima kamu apa adanya. " ibu menuntunku untuk masuk dan langsung mengenalkanku pada Sela.
" Sela,, " ucapnya gadis cantik berkulit putih dan sangat anggun begitu kesan pertamaku melihatnya.
" hadi'" ucapku
" Aduh ibu rasanya tak sabar semoga klian cepat akrab dan segera menikah ya? " ucap ibu sangat bahagia.
"sela, hadi biar gak canggung ibu tinggal sebentar ya, ibu akan kedapur bersama aisiten rumah tangga untuk menyiapkan makan siang dan makan malam oke..! "
" tapi bu, aku tak mungkin menginp disini,! " ucapku.
" hadi, kamu nginap saja dirumah ibu semalam saja tak apa kan? Pikiran kamu harus fresh hadi, lupakan beban pikiran dan lupakan istri kamu itu sejenak bisa kan?? " ucap ibu berbisik ketelingaku. Aku hanya mengangguk setuju, akhirnya malam itu aku putuskan untuk bermalam dirumah ibu, tak lagi ku pikirkan yanti, biar saja dia dirumah bersama anak-anak, aku yakin dia pasti bisa menjaga anak-anak. Tinggal dirumah itu sangat jenuh dan aku tak ingin stress menghadapai anak - anak dan yanti.
HADI
Malam ini aku putuskan menginap dirumah ibu, Yanti berkali-kali menelpon dan mengirimkan pesan namun aku acuhkan.
"Ehem,,, hadi kamu sangat tidak sopan ya, seharusnya kamu non aktifkan saja ponsel kamu., mengganggu saja,! Maaf ya nak Sela, ayo makan lagi.," ucap ibu sembari memelototiku agar aku mematikan ponselku.
" Iya tante gak apa kok, sela paham mungkin istri mas hadi cemas, dan masakan tante sangat enak sekali, boleh dong saya diajari masak seenak ini tante. " ucap sela berbasa basi pada ibuku.
"Boleh sela sayang,, tante akan ajari kamu nanti sampai pandai agar hadi makin cinta. "
Hadi kamu kirim saja pesan kalau kamu dirumah ibu, dan kamu sedang bersama sela, jika perlu kamu foto kita lagi makan malam dan kalau perlu kamu dan sela foto berdua, agar yanti tidak mengganggu, kirim saja pesan begitu, sini biar ibu saja yang mengirim pesan kalau kamu tidak mau.! " ucap ibu berusaha mengambil ponselku.
" Baik bu biar hadi kirim pesan bahwa hadi bersama sela wanita pilihan ibu,, dan hadi akan bilang kalau hadi menginap dirumah ibu. "
" Bagus, sudah seharusnya perempuan itu tau diri, dan sela kamu calon menantu ibu yang paling berkelas sangat beda dengan yanti." ucap ibu
" Iya tante dan saya juga akan berusaha menjadi istri yang baik dan menantu yang baik, serta ajarin sela masak ya tante, masakan tante memang sangat enak, luar biasa.. " ucap sela memuji ibuku
" Tentu sela sayang, nanti kalau kamu sudah menikah dengan hadi, kamu bisa belajar masak sama saya, eh jangan panggil tante dong? Kan kamu sebentar lagi akan jadi menantu ibu., panggil ibu saja ya nak Sela., " ibu terlihat sangat akrab dengan sela.
Aku tak habis pikir kenapa Yanti tak pandai mengambil hati ibu, memang ibu menentang pernikahanku dan Yanti, tapi aku pikir setelah menikah yanti akan bisa mengambil hati ibuku, namun aku sangat kecewa kenapa sampai pernikahan kami 13 tahun dan anak kmi sudah 3 yanti tak bisa akur dengan ibu, dan ibu selalu saja menyuruh aku pisah dengan yanti, ini semua membuat aku pusing.
" Hadi kok melamun, ayo dong makan lagi, nikmati saja malam ini, jangan pikirkan istrimu yang tak becus itu, ibu heran kenapa kamu kok semakin kurus dan dekil sekali, yanti memang benar benar tak pandai mengurus suaminya!" ibu berucap padaku seolah menghakimiku bahwa aku telah salah memilih istri.
" Em,,, iya bu, ini juga lagi menikmati masakan ibu, sangat enak,, " ucapku sambil mengunyah mkanan dimulutku, namun entah mengapa ada rasa khawatir dihatiku tentang yanti, namun tak kuhiraukan itu semua, benar kata ibu aku tak boleh strees, aku harus menikmati hidup.
"Sela... Ibu harap kamu nanti bisa merawat hadi dengan baik, dan ibu harap kalian bisa langsung punya anak laki laki, agar harta warisan bapaknya hadi 80% jatuh ditangan ank kalian nanti.,"
" Iyaa ibu doakan saja ya bu, karena doa ibu adalah yang paling dijabah dan dikabulkan oleh tuhan,." ucap sela lembut sembari memegang tangan ibu, ibu pun tersenyum dan membalas memeluk Sela.
" Terimakasih Sela, saya harap saya tak salah pilih kamu sebagai menantu, kamu sangat baik sayang. "ucap ibu melepaskan pelukan sela.
" Hadi, kamu lihat kan, Sela sangat menghormati dan menyayangi ibu, beda sekali dengan istri kamu yang selalu membuat ibu selalu marah."
" Iya bu. " angguk ku
" Hadi nanti kamu antarkan sela pulang ya, tadi sela kesini naik taksi, dan gak mungkin dong gadis secantik sela pulang sendirian, bahaya!! "
Ucapku padaku.
" Ya bu, " aku hanya bisa menuruti kemauan ibu.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
YANTI
Aku masih gelisah menunggu mas hadi pulang sambil sesekali menelponnya, mas hadi tak memberi kabar, terkahir kali tadi seqaktu dirumah sakit, apa mas hadi benar benar marah, aku selalu menelponnya berkali kali. Karena mas hadi selalu megalihkan panggilanku maka aku akan mengirim pesan saja.
" Mas kamu dimana? Kenapa tak menjawab telepon ku? Aku kahawatir.! " pesan pun terkirim.
" Aku dirumah ibu lagi makan malam bersama Sela dan ibu,, kamu jangan menunggu aku, aku akan menginap dirumah ibu. " pesan dari mas hadi, aku menitikkan air mata ku ternyata memang mas hadi tidak main main dengan ucapanya, apa dia akan menikah lagi.
Dengan gemetar aku kembali mengirim pesan.
" Sela siapa mas, apa dia saudara ibu kamu yang datang?? "ucapku pura pura bertanya padahal hati ku sangat sakit, feeling istri sangat kuat, pasti mas hadi sekarang berada di bawah pengaruh ibunya.
Dua centang biru mas hadi sudah membaca pesanku. Aku berharap apa yang ada dipikiranku tidak terjadi, sungguh aku tidak rela jika harus di madu.
" Sela itu nama calon istriku. " jawaban pesan dari suamiku.
" Degh,,, " hatiku sangat panas dan sakit aku tak mampu lagi mengirim pesan balasan.
Lalu suamiku mengirimkan sebuah poto dirinya dan wanita bernama Sela, mereka sangat mesra, wanita itu sangat cantik dan berkelas sangat berbeda denganku yang bukan orang kaya, ibu mas hadi sangat tidak menyukaiku, hnya karena aku anak yatim piatu dan anak orang tak punya, kmi sempat tinggal serumah dirumah mewah ibu mas hadi, namun mas hadi selalu memarahiku, apa yang ku lakukan selalu salah, hingga aku tak tahan akan sikap ibu mas hadi, akhirnya aku meminta mas hadi dan aku mengontrak dirumah ini.
Mas hadi mengirimkan satu lagi poto mereka sedang makan malam bersama ibu mas hadi. Ibu mas hadi sangat bahagia dan tersenyum berbeda saat jika aku dirumahnya, dia selalu marah dan membentak serta menghinaku.
Apa yang membuat mas hadi berubah?? Bukankah dia berjanji akan mencintaiku walau ibu nya tak menyukaiku, itu janji dia dulu.
Tubuhku terasa lemas, aku tidak kuat sepertinya mereka belum menikah saja aku sudah lemas seperti ini, pupus sudah harapan ku untuk bersama mas hadi selamanya, mas hadi benar benar melupakan aku dan anak anaknya. Apa mas hadi tak lagi mencintaiku dan anak-anakku?
"drrrttt,, " ponselku bergetar sepertinya pesan dari mas hadi, aku tak mau lagi membacanya.
Namun ku penasaran dan aku membaca. Pesan dari mas hadi.
" yanti, dua hari lagi aku akan menikah dengan sela, kamu harus setuju, kalau kamu tidak setuju aku akan tetap menikahi sela, kalau kamu berani menentangnya aku akan menceraikanmu! " pesan mas hadi
Hatiku sangat hancur aku menangis sejadi jadinya, aku merasa putus asa dan hilang harapan, kedua orang tuaku sudah meninggal. Aku tak punya tempat bersandar dan berkeluh kesah.
" Ibuu,,,,, ibu tolong anakmu ini....... " tangis ku meratapi nasibku. Mas hadi selama ini yang menjadi sandaran hidupku tak lagi mempedulikan ku.
" Aku merasa sangat putus asa dan aku harus pergi dari dunia ini, maafkan ibu nak, semoga kalian bisa hidup tanpa ibu, semoga bapak kalian masih mencintai kalian, biar ibu yang pergi, ibu tak sanggup melihat bapak kalian menikah lagi...,, "
" Rani, nindi. Nina maafkan ibu.. "
T*li yang ku ikat kele** ku seakan kua* mencek*kku, aku pun merasa semua gelap.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Wak isah
Ketika aku melihat yanti yang terbujur kaku aku langsung memanggil suamiku untuk memberi tahu warga tentang kematian yanti, dan aku langsung menelpon polisi agar segera datang, aku sangat prihatin dengan keadaan yanti dan anak anaknya, mereka semua menangis, Nina gadis kecil berumur 3 tahun itu juga menangis dia belum mengerti apa yang menimpa ibunya, dia hanya menangis melihat kedua kakaknya menangis.
Aku melihat ponsel dimeja makan dan aku langsung menghubungi Hadi, aku yakin pasti Yanti menghubungi Hadi sebelum meninggal.
" Tut,,,,, tut,,,, tut" ponsel Hadi aktif namun dia tak segera mengangkatnya, aku kembali menghubungi Hadi berkali kali, aku sangat tak mengerti dengan hadi mengapa tak ada dirumah dan mengapa Yanti sampai nekat bu**h d*ri.
" Tut,,, tut,,, tut!! "
Hadi menerima panggilan ku.
" Aku bilang aku gak pulang karena dua hari lagi aku mau menikah, kamu jaga saja anak anak mu!!" bentak hadi dari telepon
" Hei tunggu ini wak isah bukan istrimu, hadi kamu harus segera pulang, istrimu nekat bu**h dir* dan anak anakmu semua menangisi ibunya, suami macam apa kamu ini!! Cepat kamu kesini.!! " bentakku pada hadi.
" Jangan bercanda wak, mana mana mungkin yanti,!"
" Untuk apa saya bercanda saya serius, kalau kamu tidak percaya ini dengarkan anak kamu menangis,dan rumah kamu sudah ramai dan sudah ada polisi juga." ucapku.
" Ba... baik wak saya akan pulang."
Aku langsung menutup telepon dari Hadi. Dan menenangkan anak-anak Yanti, sungguh aku sangat sedih dan ikut menangis melihat anak anak Yanti, yang pastinya sangat tergoncang jiwanya.
HADI
Badanku mendadak lemas karena mendapat kabar kemat*an istriku, aku tak menyangka jika semuanya akan seperti ini. Sebegitu lemahnya perasaan Yanti, apakah perlakuanku terlalu buruk sehingga dia nekat mengakhiri hidupnya.
" Hadi,, kamu kenapa kok melamun begitu, ayo kita sarapan, setelah itu kita akan ke butik bersama Sela untuk fitting baju nikah kalian nanti." ucap ibu masih dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
" Ma,, maaf buk, Hadi harus pulang sekarang, Hadi akan melihat yanti dan anak-anak." terangku pada ibu. Mendengar ucapanku wajah ibu langsung berubah masam.
" Kok tiba-tiba saja, bukannya tadi malam kita sudah sepakat kan? akan kebutik dengan Sela hari ini, Ibu tak mau Sela kecewa."
" Hadi harus pulang sekarang bu.
Yanti,,, yanti meninggal bun*h dir* bu? Dan hadi harus pulang sekarang. "
" Apa,! Yanti bu*uh dir* ? Wajah ibu terkejut namun itu hanya sebentar.
"Bagus dong, dengan begitu kamu tak usah bersusah payah menceraikannya. " ucap ibu menyunggingkan senyumnya.
" Buk, Hadi harap ibu mengerti posisi Hadi, dan untuk sementara jangan bicarakan pernikahan dengan Sela., Hadi akan mengurus anak hadi. " ucapku tergetar tak terasa air mataku menetes melihat anak-anak ku pasti sangat kehilangan ibunya.
" Soal anak-anak kamu ajak saja mereka tinggal disini, ibu bisa membayar baby sitter untuk mengurus mereka, pokoknya pernikahan kamu dengan Sela jangan sampai batal,! Titik! " ucap ibu murka
" Terserah ibu saja, Hadi mau pulang dulu,
Oh ya, apa ibu tak ingin ikut, melihat Yanti untuk terakhir kalinya? " tanyaku berharap ibu ikut bersamaku.
" Maaf ibu tidak bisa., selesaikan semua urusan kamu, jika kamu sudah siap segera datang kerumah ini, dan menikahi Sela. " jawab ibu angkuh, sungguh aku tak mengerti sebegitu bencinya kah ibu dengan Yanti.
Aku langsung menuju rumahku mengendarai mobilku, kupacu mobil ku dengan cepat agar cepat sampai kerumahku.
Sudah ramai para tetangga berdatangan untuk melayat.
ketika aku datang semua mata mereka tertuju padaku seolah menghakimiku, sebagai suami yang tak becus mengurus anak istri. Langkahku gamang, aku terduduk lemas di samping jenazah istriku, air mataku tumpah ruah, aku sangat menyesal telah mengabaikan yanti akhir akhir ini, bukan hanya Yanti namun juga anak-anakku menjadi korban kebodohanku.
Perlahan kubuka penutup muka alamarhum istriku, wajah yang begitu pucat, wajah yang aku lihat terakhir kali menangis dirumah sakit, wajah wanita yang dulu membuatku jatuh cinta akan kelemah lembutannya. Wajah yang selalu murung dan menangis namun entah kenapa hatiku sekeras itu, tak mengerti penderitaan bathinya, perlakuanku akhir akhir ini yang membuatnya menyerah dan memilih pergi dengan tragis.
Aku merasa berdosa dan aku berteriak sekencangnya, aku merasa aku lah pembun*h itu akulah yang menyebabkan kemat*an istriku sendiri, akulah yang mungkin menaruh luka yang mendalam dihati istriku, sehingga dia tak sanggup lagi untuk hidup bersamaku dan memilih pergi dengan cara seperti ini.
Masih teringat dulu aku berjanji pada kedua orangtuanya, aku berjanji untuk mencintai dan membahagiakan putri mereka, namun apa yang sudah kuperbuat aku menyalahi janjiku, aku menyalahi janjiku pada istriku, istri yang selalu mencintaiku, menerima segala kekuranganku, membawanya hidup menderita seperti ini.
Bukan hanya pada istriku, namun aku juga berdosa pada bayi yang ada dikandungan istriku yang juga menjadi korban, serta kepada ketiga anakku yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, aku telah gagal menjadi suami dan menjadi ayah untuk anak anakku.
Disaat aku menangis Nina anak ku yang paling kecil tiba tiba datang mencari ibunya, memanggil ibunya, dan anakku yang lainnya masih menangis akan kematian ibunya, mendengar itu semua aku hati ku semakin sakit rasa beesalahku semakin besar, akankah tuhan memaafkan dosaku.
" Ba, bapak, ibu tok tidul belum bangun, adik mau cucu,, bu bi bangun bu cu cu, cu.. " ucapnya sambil mengoyang Goyangkan tubuh ibunya yang kaku, berharap ibunya bangun, aku langsung meraih anak ku menciuminya dan mengucapkan maaf ditelinganya.
" Maaf kan bapak nak bapak yang salah. " ucapku tersedu sedu.
Nindi memandang sinis kearahku tatapannnya begitu tajam kearahku. Harus bagaimana caraku meminta maaf dan meyakinkan anak anak bahwa aku menyesal.
" Bapak jahat, bapk jahat! Bapak selalu marahin bentak ibu!? Aku benci bapak aku benci bapak, bapak pergi, pergi sana!? " teriak Nindi aku hatiku sakit mendengar ucapan nindi
Wak isah segera menenangkan nindi dan memeluknya. Aku ingin memeluk nindi namun nindi teeus menolak bahkan dia tak mau melihatku.
HADI
Air mataku tak hentinya menetes, entah mengapa sungguh sakit sekali kehilangan Yanti seperti ini, ditambah lagi anakku Nindi sama sekali tak mau aku sentuh bahkan, Nindi menginginkanku pergi.
Mengapa baru kusadari begitu berharganya Yanti bagiku, aku ingin jika aku boleh mengulang waktu akan kuperbaiki semua, akan ku perlakukan Yanti dengan baik dan mencintai dia dan anak-anak perempuanku.
" Pak hadi, kita mandikan saja langsung jenazahnya, agar segera dimakamkan,. " ucap ustadz di sekitar tempat tinggal ku
Aku hanya bisa mengangguk pilu.
" Pak hadi bisakah bapak yang menggotong jenazahnya,? Tempat pemandian sudah kami sediakan. "
" Ba baik pak. " ucapku pasrah, aku dan bersama dua orang pelayat lainya menggotong mayat Yanti. Sungguh terbayang saat pertama aku menggendong Yanti dulu saat kami baru menikah, wajahnya sangat cantik akan senyumnya yang terpancar aku sangat bahagia waktu itu.
Namun sekarang aku menggendong nya dalam keadaan berbeda dalam keadaan tubuhnya lagi yang tak bernyawa jangan kan tersenyum bahkan membuka matanya untukku saja lagi tak bisa.
Air mataku terus saja mengalir mengingat perlakuanku terakhir padanya, aku belum sempat meminta maaf namun teganya dia pergi meninggalkan ku dan anak-anak.
Pelayat wanita memulai memandikan jenazah yanti, namun ku tak sanggup jika harus melihatnya aku memilih menunggu diluar tenda pemandian.
Setelah selesai dimandikan dan dikafani, aku mengucapkan maafku ketelinga almarhum istriku. Berharap ia akan mendengar dan memaafkanku.
" Maafkan aku yanti, aku berjanji akan jaga anak-anak. " kalimat itu yang berhasil keluar dari mulutku karena tak sanggup lagi mengucapkan apapun mengingat begitu banyak kesalahanku pada Yanti yang mungkin sungguh melukai perasaanya.
Setelah dikafani dan disholatkan, aku ikut mengantar istriku ditempat terakhirnya, dipemakaman umum, Yanti dimakamkan di sebelah makam kedua orangtuanya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Semua pelayat telah pulang kerumahnya masing masing, tinggalah aku dan ketiga anakku, aku masih menggendong Nina, Nindi dan Rani sedang tidur dikamar mereka.
Setelah Nina tertidur aku menaruh nya diayunan dikamar kami bersama kedua kakaknya.
Aku memasuki kamarku dan yanti, kamar ini masih belum berubah masih sama disaat Yanti masih hidup, aku memandangi poto pernikahanku airmata ku kembali jatuh, mengingat semua kebodohan dan sikapku pada istriku.
Aku duduk diranjang kami, dan memulai berpikir bagaimana aku bisa bekerja bagaimana anakku, siapa yang akan merawat mereka? Tak sengaja aku melihat sebuah kertas diatas nakas, dengan tangan bergetar aku melihat kertas itu dan ternyata sebuah surat yang ditulis oleh istriku.
Untuk suamiku.
" Mas, ketika kamu membaca surat ini,
aku pastikan aku telah pergi darimu dan anak-anak kita
maaf aku lakukan ini semua, aku tak sanggup bila harus dimadu, maaf jika aku menuntutmu untuk setia, dan maaf jika aku tak bisa memberimu anak laki laki sesuai keinginanmu, aku memang bukan istri yang baik,
maaf aku mengecewakan mu mas,
setelah aku tiada silahkan jika kamu ingin menikah lagi, tapi aku harap tetaplah kamu rawat anak kita, maaf dan terimakasih atas pernikahan kita yang ke 13 tahun.,"
Air mataku kembali tumpah, membaca isi surat istriku yang sangat menyayat hati, Tuhan manusia macam apa aku ini, kau berikan istri yang hatinya seperti malaikat namun aku telah menyia-nyiakannya. Bahkan disaat aku memperlakukan yanti dengan buruk dia masih bisa menyebutku suami, suami macam apa aku, aku suami yang gagal.
Aku tergugu tertunduk lemas, air mata ku mengalir begitu saja tanpa henti.
Drrtt,,, drtt panggilan dari ibu, sebenar nya aku malas mengangkatnya namun kupaksakan bicara dengan ibu.
" Halo hadi..! Ini sudah sore, urusan semua sudah selesaikan? Sebaiknya kamu kesini, bawa semua anakmu, besok kita akan fitting baju pengantin bersama Sela. "
" Buk, stop bicara soal pernikahan, aku tak mau bu, aku baru saja kehilangan istri dan calon bayiku. Bisa kah ibu mengerti? Dimana nurani ibu sebagai sesama seorang ibu dan sebagai perempuan,? Aku tak habis pikir kenapa ibu sekejam ini,! " ucapku emosi karena tak sanggup jika harus menuruti kemauan ibu.
" Hadi dasar anak durhaka kamu, dulu kamu nekat menentang kemauan ibu untuk menikahi Riska, demi Yanti, dan sekarang setelah Yanti meninggalpun kamu tetap membangkang dan tak mau menuruti kemauan ibu hah!!?"
" Tapi bisakah ibu beri aku waktu? Aku tak mungkin bisa menikah secepat itu bu? Bagaimana perasaan anak anaku bu, mereka baru saja ditinggal ibunya dan aku harus menikah lagi, mereka akan anggap aku ayah yang jahat bu, sekarang saja aku sangat susah untuk mendapatkan hati anak-anakku setelah apa yang aku perbuat sebelum yanti meninggal, aku sudah menuruti kemauan ibu namun akhirnya apa bu? Aku harus kehilangan istri dsn calon bayiku dengan keadaan yang sangat tragis.
" Jadi kamu menyalahkan ibumu? Itu kebod*han istrimu sendiri, untuk apa dia bu**h dir* salah dia sendiri, ibu hanya nenyuruh kamu menikah lagi, bukan menceraikanya.!
Terserah kamu saja hadi! Ibu beri kamu waktu 2 bulan jika kamu tetap tak mau menikahi Sela, jangan salahkan ibu jika kamu dicoret dari daftar warisan keluarga kita, dan kamu tak akan aku anggap anakku lagi.! " ancam ibu, belum sempat ku menjawab ibu sudah memutuskan sambungan teleponnya.
" Aarghh" aku sangat frustasi dengan semua ini, kenapa semua masalah bertubi-tubi.
Ibu Hadi
Aku tak mengerti dengan cara berfikir Hadi, jelas jelas Yanti sudah meningg*l jadi untuk apa lagi mengulur waktu untuk menikahi Sela, melihat dan mendengar penderitaan Yanti aku sangat puas, tapi itu semua belum terbayar sakitnya, seharusnya dia merasakan sakit bagaimana rasanya suaminya direbut orang lain, malah dia malah memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Yanti penderitaanmu belum seberapa, tak sebanding dengan penderitaan Kakakku dulu Sinta,, ya aku mempunyai kakak bernama Sinta dan aku Santi, aku sangat beruntung bisa menikahi ayah Hadi almarhum suamiku yang kaya raya dan setia.
namun semua itu tak didapatkan oleh kakak ku, kakak ku selalu menangis dan bercerita tentang suaminya yang diam diam telah menikah lagi, dan kakaku sangat kecewa dan selalu mengadu padaku dia merasa sakit hati dan ingin sekali memb*n*h madunya, namun ku selalu menasehati kakakku agar sabar karena bila kakak ku melakukan hal nekat maka dia akan rugi, bagaimana dengan nasib 3 anaknya,
Ya, suami kakaku sangat menginginkan anak laki laki sebagai penerus sukunya, namun kakaku punya 3 anak perempuan, dan setelah itu suaminya diam diam menikah lagi tanpa sepengetahuan kakakku, kakaku selalu menangis bila menceritakan sikap suaminya yang kas*r dan tak memberi nafkah lagi pada kakak ku, kakak ku sinta harus berjuang menafkahi anak-anaknya, aku sebagai adik sangat prihatin dengan kehidupan kakak ku.
Aku hanya bisa sedikit Membantunya, dan pada akhirnya kakakku meninggal karena penyakit kanker hati yang dideritanya, aku yakin penyakit yang diderita sinta kakak ku karena tekanan bathin suaminya. Ya suaminya Suryo kakak iparku, yang tak mau menceraikan kakakku dan tak kan pernah menyetujui jika kakak ku menceraikannya.
Sampai akhirnya kakaku meninggal di usian 40 tahun meninggalkan ketiga anaknya, Mereka hanya punya ibu, dan ayah mereka acuh pada nasib mereka, maka aku lah yang membiayai semua pendidikan mereka sehingga sekarang mereka menjadi orang sukses.
Aku masih ingat terakhir kali diakhir hayat nya suaminya tak pernah ada disampingnya, dan saat dia sakit suaminya tak menjenguknya sekalipun. Dan bahkan di akhir nafasnya kakaku memberikan sebuah poto kakak iparku dan madunya serta kedua anak mereka. Poto itu masih kusimpan sampai sekarang, melihat potonya saja membuat hatiku sakit, mengingat penderitaan bathin kakak ku.
Santi (ibu Hadi)
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Falsback 14 tahun lalu.
Aku memutuskan untuk membalas rasa sakit hati kakak ku Sinta kepada suaminya.
Aku sengaja mencari dimana keberadaan keluarga itu, ya kakak iparku dan sang pelakor Marni yang telah membuat kakaku menderita lahir bathin, sudah semua desa dan kota tempat kami tinggali tak kutemukan jua, kuputuskan untuk menunda mencari keberadaannya mereka sementara, dikarenakan suamiku sedang sakit.
Aku berjaga selalu dirumah sakit menemani suamiku yang sedang dirawat karena penyakit diabetes yang sudah 3 tahun dideritanya.
Hadi sebentar lagi sudah selesai kuliah dan aku mengharapkan Hadi agar bisa meneruskan usaha Ayahnya dan menangani perkebunan milik suamiku, karena hanya dialah anak laki-laki satu satunya.
Hingga suatu saat Hadi datang bersama seorang wanita yang dia perkenalkanku pada aku dan suamiku, awalnya aku sangat mengerti jika Yanti memang bukan orang berada aku dan suamiku tak mempermasalahkan nya.
" Buk, bolehkah bulan ini juga kami menikah? Aku sangat mencintai Yanti. " ucap hadi penuh harap kala itu
" Apakah kalian sudah melaksanakan lamaran? Apakah kamu telah melamar Yanti pada orang tuanya? " tanyaku pada hadi.
" Sudah buk, dan alhamdulilah kedua orangtua Yanti setuju. " binar bahagia sangat terpancar di mata hadi dan Yanti sebagai seorang ibu aku ikut bahagia kala itu.
"karena bapak kamu sakit, maaf ya nak Hadi dan yanti, kami tidak bisa datang kerumah kamu bertemu dengan orang tua kamu secara langsung, namun kami orangtua menyetujui rencana pernikahan kalian. "
" terimakasih buk. Hadi besok akan bawakan kesini orang tua Yanti untuk menjenguk bapak dan sekalian membicarakan pernikahan kami."
Aku hanya mengangguk setuju begitu juga sumiku sangat bahagia jika Hadi segera menikah agar bisa secepatnya menafkahi keluarganya serta meneruskan usaha dan perkebunan suamiku.
Hingga hari itu tiba, Hadi dan Yanti serta kedua orang tua Yanti datang kerumah sakit, menemui suamiku, seperti biasa aku selalu menunggui suamiku dirumah sakit.
" Tok.. Tok" suara pintu ruangan kamar suamiku dirawat diketuk.
Aku yakin jika yang datang Hadi dan Yanti bersama kedua orang tuanya, aku segera membuka pintu, dan mempersilahkan mereka semua masuk.
Aku bersalaman dengan ibu dan bapak yanti, begitupun mereka menyalami suamiku yang sedang terbaring.
Saat orangtua Yanti berbasa basi menanyakan keadaan suamiku, aku masih tidak terlalu memperhatikan bapak Yanti.
Namun saat bapak yanti membicarakan tentang pernikahan anaknya, barulah aku melihat secara seksama wajah bapak dan ibu yanti, aku terkejut jika yang berbicara padaku saat ini adalah mantan kakak iparku, sama halnya denganku bapak yanti pun sangat terkejut, mungkin dia pun tahu jika aku adalah santi, adik iparnya dulu.
Seketika perasaanku gundah ingin segera membatalkan rencana pernikahan anakku, namun aku tak bisa mengatakannya langsung tkut menjadi pikiran suamiku, dan ku takut kesehatannya memburuk.
Dengan suara tergetar bapak yanti melanjutkan pembicaraannya.
" ja,, jadi kalau bisa nak hadi, segera menikah lebih cepat lebih baik, kami tak minta pernikahan mewah, kami hanya ingin sederhana dan sah " ucapnya sambil menunduk seperti tak mampu menunjukan wajahnya padaku.
Hati ku panas dan aku menyimpan semua amarahku, kulaksakan tersenyum kepada Yanti maupun ibunya, walaupun rasanya sangat jijik melihat Ibu yanti sang pelakor yang telah merenggut kebahagiaan kakak ku.
Sampai kapanpun akan kuingat wajah kakak ipar penghianat dan pelakor itu, sekian lama kucari mereka datang sendiri dan sepertinya ingin merusak anaku Hadi sungguh aku tak sudi dan tak ikhlas belum puas melukai kakakku, kini mereka mengincar anakku melalui putrinya.
Aku merasa waktu begitu lama ingin rasanya mengusir mereka namun itu tak kulakukan aku tetap bersabar menunggu mereka segera enyah dari sini.
" Ka kalau begitu saya dan istri saya pulang dulu ya bu. " ucap mantan kakak iparku itu, sementara sang istrinya hanya tersenyum, sungguh senyum licik yang sangat memuakkan.
Sebelum mereka pulang mereka kembali menyalamiku, tapi aku merasa sangat jijik, dengan membuang muka aku menerima salam mereka.
Ketika hadi hendak ikut mengantarkan orangtua yanti aku segera mencegahnya
" Hadi, ibu mau ngomong penting sekarang juga. " ucapku menarik lengan hadi
" tapi buk aku ingin mengantarkan orangtua yanti sebentar sampai depan," sanggahnya
" Baik tapi sebentar saja ya, ibu mau bicara soal ayah kamu. " jawabku berpura pura
" Ya buk. " hadi pergi menyusul yanti dan kedua orngtuanya.
Aku gelisah menunggu hadi segera kembali, tak lam kemudian terdengar langkah Hadi dan aku mengajaknya bicara serius di kantin rumah sakit sebentar.
Aku dan hadi menikmati minuman jus kami dan masih terdiam dengan pikiran kami masing masing, namun secepatnya ku harus menyuruh hadi membatalkan pernikahannya dengan yanti. Karena aku tak mau jika pelakor itu menjadi besanku. Sangat tidak sudi.
"buk ibu mau biacara apa? Bukannya keadaan bapak sudah semakin membaik? " ucapnya memulai pembicaraan.
Dengan membuang nafas kasar ku aku melanjutkan niatku.
"Hadi secepatnya kamu harus membatalkan pernikahan kamu dan Yanti!"ucapku tergetar menahan amarah.
" Tapi kenapa bu? Bukannya ibu sudah setuju dari awal? " ucapnya bingung
" Ya memang ibu menginginkan kamu menikah tapi tidak dengan yanti! Ibu bisa carikan kamu wanita yang lebih cantik lebih baik dari yanti segala-galanya. "
"Tidak bu, aku hanya mencintai Yanti sampai kapanpun aku akan menikahinya, aku tidak peduli apapun alasan ibu?! " ucap hadi berlalu pergi
Air mataku menetes sungguh anaku pun lamgsung tak menuruti perintah ibunya hanya demi wanita itu, wanita keturunan pelakor
" hadi tunggu ibu belum selesai berbicara!! " teriakku pada Hadi namun ia tetap pergi tak peduli dan meninggalkanku.
Bersambung...