Kehidupan adalah proses untuk mempelajari cara memperbaiki diri sendiri yang berlangsung terus-menerus. Sementara ada orang-orang yang terus berusaha membuat dirinya semakin terpelajar atau mendapatkan promosi di tempat kerja, terkadang kita lupa memperbaiki cara kita memperlakukan diri sendiri dan orang lain di sekeliling kita. Karena tergesa-gesa ingin berhasil, gagasan tentang ingin menjadi orang yang lebih baik akhirnya lenyap ditelan ambisi dan egoisme. Kita bisa mulai belajar cara memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan untuk mencintai diri sendiri dan orang lain dengan membaca artikel ini.
Mulai Memperbaiki Diri
Terimalah hal ini sebagai sebuah proses. “Menjadi orang yang lebih baik” adalah proses yang akan Kita jalani seumur hidup. Dalam proses ini, tidak pernah ada istilah bahwa Kita sudah berhasil dan tidak ada kesempatan lagi untuk berkembang. Kesediaan Kita untuk membuka diri selama menjalani proses perubahan dan pertumbuhan akan meningkatkan fleksibilitas Kita. Fleksibilitas adalah faktor penting agar Kita bisa secara konsisten membentuk diri menjadi seseorang yang Kita inginkan dalam situasi apa pun.
Terimalah kenyataan bahwa tujuan dan nilai-nilai dalam kehidupan Kita bisa berubah dengan berjalannya waktu. Perubahan juga bisa terjadi jika ada masalah dan ini adalah hal yang biasa.
[Tentukan nilai-nilai yang Kita yakini]
Niat terbaik sekalipun tidak akan pernah bisa tercapai, kecuali jika Kita memahami dengan baik nilai-nilai yang Kita yakini. “Nilai” adalah apa yang paling penting dalam hidup Kita. Nilai adalah keyakinan mendasar yang membentuk diri Kita sebagai manusia dan cara Kita menjalani kehidupan. Dengan melakukan refleksi, Kita bisa menentukan apa yang benar-benar penting bagi Kita.
Contohnya, “menjadi orang tua yang baik” atau “menghabiskan waktu bersama teman-teman” bisa menjadi nilai. Kita bisa mengenali perasaan menjadi yang terbaik berdasarkan nilai-nilai tersebut.
“Selaras dengan nilai” menunjukkan sampai sejauh mana perilaku Kita sesuai dengan nilai-nilai Kita. Contohnya, jika nilai Kita adalah “menghabiskan waktu dengan teman-teman”, tetapi Kita selalu mengutamakan bekerja ketimbang bersosialisasi, ini bukanlah keselarasan dengan nilai. Perilaku yang tidak selaras dengan nilai bisa menimbulkan kekecewaan, rasa tidak bahagia, atau rasa bersalah.
Ujilah apa keyakinan Kita tentang diri sendiri
Identitas kita ditentukan juga oleh orang-orang di sekeliling kita. Contohnya, beberapa penelitian di bidang psikologi telah sering menunjukkan bahwa seseorang sudah mulai berprasangka pada usia yang sangat dini. Perilaku dan keyakinan yang dipelajari ini akan memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan orang lain di sekeliling kita. Dengan mengetahui dari mana asalnya gagasan Kita tentang diri sendiri, Kita bisa mengubah keyakinan yang tidak berguna dan memilih keyakinan yang benar.
Kita juga belajar cara menilai diri sendiri dari orang lain saat kita berada dalam kelompok yang lebih besar, misalnya berdasarkan ras atau gender tertentu. Cara ini bisa menjadi faktor penting yang menentukan identitas kita.
Kenali perilaku Kita secara menyeluruh dengan jujur
Cobalah mengingat lagi cara Kita bereaksi saat sedang stres, menghadapi kehilangan, mengatasi kemarahan, memperlakukan orang-orang terkasih. Berusahalah mengenali perilaku Kita saat ini agar Kita bisa menentukan cara untuk mengembangkan diri.
Setelah melakukan refleksi atas perilaku Kita, tentunya Kita bisa menentukan secara spesifik perubahan apa yang harus Kita lakukan.
Tentukan secara spesifik apa yang harus Kita ubah
Alih-alih mengatakan, “Aku ingin menjadi teman yang lebih baik”, bagilah menjadi beberapa rencana kecil. Apa artinya? Apakah Kita mau lebih sering bertemu dengan orang lain? Apakah Kita mau menyediakan lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan teman-teman?
Steve Jobs, seorang inventor dan wiraswasta, pernah mengatakan bahwa ia selalu mengajukan pertanyaan ini kepada dirinya sendiri setiap pagi: “Jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidupku, apakah aku mau melakukan apa yang harus aku lakukan hari ini?” Jika ia tidak bisa menjawab “ya”, ia akan melakukan perubahan. Pertanyaan ini akan bermanfaat juga jika Kita tanyakan kepada diri sendiri.
Buatlah gagasan tentang perubahan yang masuk akal
Contohnya, jika Kita adalah pribadi yang introver, mungkin tidak tepat atau tidak ada keselarasan nilai jika Kita ingin “menjadi orang yang lebih baik” dengan cara “pergi ke pesta”. Alih-alih, ubahlah gagasan Kita untuk melakukan perubahan menjadi keinginan yang bisa Kita capai dan selaras dengan diri sendiri, misalnya dengan: “Berlatih mengatakan halo kepada orang yang belum aku kenal”.
Tentukan tujuan untuk diri sendiri. Tulislah tujuan Kita pada sehelai kertas atau akan lebih baik lagi jika Kita bisa mulai membuat jurnal. Dengan cara ini, Kita akan lebih mudah melakukan introspeksi dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi dari sudut pandang yang objektif.
Menulis jurnal harus menjadi kegiatan reflektif yang dilakukan secara aktif. Tidak akan banyak gunanya jika Kita hanya menulis pikiran secara acak. Alih-alih, tulislah tentang masalah yang pernah Kita alami, apa yang Kita rasakan pada waktu itu, cara Kita bereaksi, apa yang Kita rasakan setelahnya, dan apa cara lain yang ingin Kita lakukan.
Coba ajukan beberapa pertanyaan ini untuk memulainya:
* Apakah ada hubungan tertentu yang
ingin Kita perbaiki dengan orang
terkasih?
* Apakah Kita ingin bersikap lebih
dermawan?
* Apakah Kita ingin lebih berkontribusi
bagi lingkungan?
*Apakah Kita ingin belajar menjadi suami/
istri atau kekasih yang lebih baik?
Rumuskan tujuan yang positif
Riset telah membuktikan bahwa Kita akan lebih mudah berhasil mencapai tujuan jika tujuan Kita dirumuskan secara “positif” (apa yang ingin Kita lakukan) dan bukan secara negatif (apa yang tidak ingin Kita lakukan). Rumusan tujuan yang negatif akan menimbulkan sikap menilai diri sendiri atau perasaan bersalah selama proses pencapaiannya. Pikirkan tujuan Kita sebagai suatu hal yang ingin Kita perjuangkan, alih-alih Kita hindari.
Contohnya, jika Kita ingin lebih berterima kasih, rumuskan keinginan ini secara positif: “Aku akan berterima kasih kepada orang-orang yang sudah berbuat baik kepadaku”. Jangan merumuskan tujuan sebagai penilaian atas perilaku di waktu yang lalu, misalnya, “Aku tidak mau lagi bersikap tidak tahu berterima kasih”.
Carilah tokoh panutan. Tokoh panutan bisa menjadi sumber inspirasi yang baik dan kisah pengalaman mereka bisa memberikan kita kekuatan pada saat yang sulit. Kita bisa memilih rohaniwan, politikus, artis, atau orang dekat yang Kita kagumi.
Biasanya akan lebih baik jika kita memilih orang yang kita kenal sebagai tokoh panutan. Kita bisa membentuk pandangan yang keliru jika meneladani perilaku seseorang yang tidak Kita kenal. Selain itu, Kita akan memandang diri sendiri dengan cara yang salah. Bagaimanapun juga, tokoh-tokoh agama juga sekalipun tidak ada yang benar-benar bebas dari kesalahan.
Tokoh panutan tidak harus seorang yang bisa mengubah dunia
Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa adalah figur yang sangat menginspirasi, tetapi bukan hanya mereka yang perilakunya pantas kita jadikan panutan. Melalui kejadian kecil sehari-hari, sering kali ada orang-orang yang perilaku dan cara berpikirnya pantas kita teladani. Contohnya, jika ada teman kerja Kita yang selalu terlihat gembira, coba tanyakan apa sebabnya. Tanyakan juga apa pendapatnya tentang kehidupan dan apa yang biasa ia lakukan. Mungkin Kita akan terkejut karena banyaknya hal-hal yang bisa Kita pelajari dengan bertanya.
Bukannya ingin mengatakan bahwa Kita tidak bisa mencari inspirasi melalui kisah tentang pengalaman orang lain, tetapi cobalah mencari seseorang yang kisah hidupnya bisa Kita hubungkan dengan pengalaman Kita sendiri, terutama jika tidak banyak orang yang bisa Kita jadikan tokoh panutan.
Neil deGrasse Tyson, seorang ilmuwan astrofisika yang terkenal, menentang pandangan tradisional yang menjadikan tokoh panutan sebagai seseorang yang Kita idam-idamkan . Alih-alih, ia menyarankan agar Kita mencari tahu apa yang sudah dilakukan oleh tokoh panutan ini sehingga ia bisa mencapai apa yang Kita idam-idamkan. Buku apa yang ia baca? Kebiasaan apa yang ia lakukan? Bagaimana ia bisa berada di posisi yang Kita inginkan? Dengan mengajukan pertanyaan tersebut dan mencari jawabannya, Kita bisa menentukan cara sendiri, alih-alih hanya menjiplak cara orang lain. [14]
Menumbuhkan Cinta Kasih
Cintailah diri sendiri. Kita harus belajar mencintai diri sendiri sebelum Kita mampu mencintai orang lain. Cinta kepada diri sendiri bukan berarti hanya mementingkan diri sendiri yang sia-sia, melainkan cinta yang membuat Kita mampu menerima diri sendiri apa adanya. Cinta ini tumbuh dari dalam diri untuk mengembangkan seluruh kemampuan dan nilai-nilai yang benar-benar bisa membentuk Kita menjadi diri Kita yang sesungguhnya. Ingatkan diri sendiri bahwa Kita adalah orang baik yang penuh kasih sayang dan yang terpenting, Kita sangatlah berharga. Dengan bersikap bijak dan baik, Kita akan lebih mampu menerima dan memahami diri sendiri.
Cobalah mencatat semua pengalaman Kita dengan menempatkan diri Kita di posisi seorang teman yang sangat penyayang dan penuh pengertian, bukannya dari sudut pandang Kita sendiri. Beberapa studi sudah membuktikan bahwa dengan mengambil jarak, Kita bisa memproses emosi negatif, alih-alih mengabaikan atau menekannya. Kemampuan mengakui perasaan adalah aspek penting dalam mencintai diri sendiri. Sering kali, kita bersikap jauh lebih baik kepada orang lain ketimbang kepada diri kita sendiri. Terimalah diri Kita sama seperti Kita menerima orang lain.
Biarkan diri Kita mengalami momen singkat untuk mencintai diri sendiri sepanjang hari, terutama saat Kita mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Contohnya, jika Kita terlambat menyelesaikan tugas di kantor, mungkin Kita akan mulai menilai diri sendiri atau menghadapi serangan panik. Berusahalah menenangkan pikiran agar Kita bisa menyadari kondisi stres yang sedang Kita alami: “Aku sedang stres saat ini”. Setelah itu, sadarilah bahwa setiap orang bisa saja mengalami hal ini sekali waktu: “Bukan hanya aku yang mengalami masalah ini”. Terakhir, berikan sentuhan penuh cinta kasih kepada diri sendiri, misalnya dengan meletakkan tangan Kita di dada sambil mengatakan hal yang positif ke diri sendiri: “Aku bisa belajar menjadi pribadi yang kuat. Aku bisa belajar bersabar. Aku bisa belajar menerima diri sendiri”.
Jangan mengkritik diri sendiri
Berusahalah menghargai bakat dan kemampuan terbaik Kita, baik secara fisik maupun mental. Jika Kita selalu memusuhi diri sendiri, Kita juga akan memusuhi orang lain.
Mulailah mencatat saat Kita berpikir negatif tentang diri sendiri
Tulislah seperti apa situasi saat itu, apa yang Kita pikirkan, dan apa akibat dari pikiran Kita.
Contohnya, pada awalnya mungkin Kita mulai membuat catatan yang isinya: “Tadi aku pergi ke pusat kebugaran. Ternyata, banyak sekali orang langsing di sana dan aku mulai merasa gemuk. Aku marah kepada diriku sendiri dan malu sekali rasanya. Akhirnya, aku langsung pulang biarpun belum selesai berolahraga”.
Lain kali, cobalah memberikan respons yang rasional atas pikiran tersebut. Awalnya mungkin sulit, tetapi Kita bisa mengubah cara berpikir jika Kita terus berusaha melawan pikiran yang mengatakan hal-hal negatif tentang diri sendiri dengan berpikir logis berdasarkan fakta-fakta yang benar.
Contohnya, respons yang rasional atas situasi tadi misalnya: “Aku pergi ke pusat kebugaran untuk menjaga kesehatan dan bentuk tubuhku. Tindakanku ini baik dan aku peduli pada diri sendiri. Kenapa aku harus malu karena peduli pada diri sendiri? Bentuk tubuh setiap orang berbeda-beda dan bentuk tubuhku tidak sama dengan orang lain. Orang-orang yang terlihat sangat bugar mungkin sudah berlatih lebih lama ketimbang aku. Mereka juga mungkin memiliki gen yang baik. Jika orang lain menilaiku berdasarkan penampilan, apakah aku perlu menghargai pendapat mereka? Atau, aku seharusnya menghargai orang-orang yang mendukung dan mendorong aku untuk peduli pada diri sendiri?” [18]
Kebiasaan mengkritik diri sendiri biasanya muncul dalam bentuk “seharusnya”, misalnya “Seharusnya aku punya mobil mewah” atau “Seharusnya aku mengenakan pakaian dengan ukuran tertentu”. Kita tidak bisa bahagia dan akan merasa malu jika selalu membandingkan diri sendiri menggunakan standar orang lain. Tentukan apa yang Kita inginkan untuk diri sendiri dan tolaklah apa yang orang lain katakan tentang “seharusnya” Kita.
Kenali kebiasaan rutin Kita
Adakalanya, kita merasa cepat puas dengan diri sendiri dan kehidupan kita. Rutinitas yang monoton hanya akan menjerat kita dalam pola perilaku reaktif atau menghindar. Tanpa Kita sadari, muncul kebiasaan dan perilaku yang tidak baik.
Contohnya, jika Kita merasa tersinggung oleh seseorang, mungkin Kita akan menciptakan batasan untuk menjaga jarak dari orang ini. Batasan ini akan melindungi Kita agar tidak tersinggung lagi, tetapi yang lebih penting, Kita tidak bisa merasakan kebahagiaan dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Dengan mencari rutinitas baru, misalnya dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau mencari teman-teman baru, Kita bisa menemukan kemampuan yang belum Kita sadari. Selain itu, Kita juga bisa membangun relasi dengan orang lain dan menemukan hal-hal baru tentang emosi Kita.
Mencari cara untuk menghilangkan kebiasaan buruk juga akan mengarahkan Kita sehingga bisa bertemu dengan orang-orang yang mampu mengubah cara pandang Kita tentang kehidupan. Riset telah membuktikan bahwa perilaku negatif, seperti prasangka buruk atau ketakutan, sering kali timbul karena pengaruh dari budaya atau pandangan orang lain. Pada akhirnya, Kita akan mengetahui bahwa Kita bisa belajar dari orang lain dan orang lain juga bisa belajar dari Kita.
Berusahalah mengendalikan kemarahan atau iri hati
Emosi-emosi ini adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi Kita sulit merasa bahagia jika selalu marah atau iri kepada orang lain. Kita harus bisa menerima perilaku dan keinginan orang lain jika ingin menumbuhkan cinta kasih kepada diri sendiri dan menjadi orang yang Kita inginkan.
Kemarahan biasanya timbul karena kita menganggap suatu hal seharusnya tidak terjadi pada kita atau jika keadaan ternyata tidak berjalan sesuai keinginan kita. Kita bisa mengatasi kemarahan dengan mengembangkan kemampuan untuk menghargai bahwa apa yang Kita rencanakan tidak selalu berhasil sesuai dengan yang Kita harapkan.
Arahkan perhatian Kita pada hal-hal yang tidak bisa Kita kendalikan dan jangan terlalu khawatir pada apa yang bisa Kita kendalikan. Ingatlah bahwa Kita bisa mengendalikan tindakan Kita, bukan akibatnya. Kita bisa merasa lebih rileks dan tidak mudah marah jika keadaan tidak berjalan baik (yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi) dengan berfokus pada tindakan ketimbang berusaha mengendalikan akibat yang tidak bisa Kita kendalikan.
Maafkan orang lain
Kemampuan memaafkan orang lain akan bermanfaat bagi kesehatan fisik. Kebiasaan mendendam dan mengingat kesalahan masa lalu bisa meningkatkan tekanan darah dan mempercepat irama detak jantung, sedangkan kemampuan memaafkan bisa meredakan stres.[25] Terlepas dari manfaatnya, memaafkan orang lain mungkin merupakah hal yang paling sulit dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pikirkan kesalahan yang ingin Kita maafkan
Coba perhatikan pikiran-pikiran yang muncul atas kesalahan tersebut. Apa perasaan Kita terhadap orang yang berbuat salah? Apa yang tubuh Kita rasakan?
Refleksikan pengalaman ini melalui cara pandang pembelajaran. Apakah Kita bisa memilih cara yang berbeda saat itu? Apakah ada cara lain yang bisa dilakukan oleh orang ini? Apakah Kita bisa belajar dari pengalaman ini? Kemampuan Kita untuk mentransformasikan pengalaman menyakitkan menjadi sebuah pembelajaran akan membantu Kita meredakan rasa sakit.
"Bicaralah dengan orang tersebut"
Jangan menyalahkan orang lain sebab ia akan merasa diserang. Alih-alih, gunakan pernyataan
aku untuk mengungkapkan perasaan Kita dan mintalah ia menceritakan perasaannya kepada Kita.
Hargailah kedamaian lebih dari pada keadilan
Salah satu alasan yang membuat kita sulit memaafkan adalah karena rasa
keadilan . Orang yang bersalah kepada Kita mungkin tidak pernah mengalami akibat dari perbuatannya, tetapi Kita sendiri yang akan rugi jika terus memendam kemarahan dan sakit hati. Memaafkan seharusnya tidak tergantung karena alasan atau hasil tertentu. [29]
Ingatlah bahwa memaafkan bukanlah membebaskan seseorang dari kesalahan. Kesalahan sudah terjadi dan Kita tidak membenarkan perbuatan yang salah ini karena memaafkan. Apa yang Kita lakukan ini adalah untuk melepaskan beban karena tidak mau menyimpan kemarahan di dalam hati.
Ucapkan terima kasih
Berterima kasih bukan hanya sekadar perasaan, tetapi membutuhkan sebuah tindakan. Kebiasaan berterima kasih akan membuat Kita menjadi orang yang lebih positif, lebih bahagia, dan lebih sehat.[30] Sikap berterima kasih telah terbukti mampu menolong orang-orang mengatasi trauma, memperkuat hubungan mereka, dan memberikan cinta kasih kepada orang lain.
Buatlah jurnal untuk berterima kasih
Catatlah kejadian yang membuat Kita ingin berterima kasih. Mungkin melalui hal-hal kecil, seperti pagi yang cerah atau secangkir kopi hangat. Kita juga bisa berterima kasih atas hal-hal yang tidak bisa diukur, misalnya karena dicintai oleh pasangan atau persahabatan. Dengan memperhatikan hal-hal kecil tersebut dan mencatatnya, Kita bisa menyimpan pengalaman ini agar tetap teringat di kemudian hari.
Nikmatilah hal-hal yang mengejutkan
Kejadian yang tidak diharapkan atau mengejutkan lebih kuat pengaruhnya ketimbang peristiwa sehari-hari. Bisa saja Kita mengalami kejutan kecil, misalnya: catatlah saat pasangan Kita membantu mencuci piring atau saat Kita menerima SMS dari teman yang sudah beberapa bulan tidak menghubungi Kita.
Bagikan rasa terima kasih Kita dengan orang lain
Akan lebih mudah mengingat hal-hal positif jika Kita bagikan dengan orang lain. Kebiasaan berbagi juga akan membuat orang lain merasa bahagia dan ingin berterima kasih.
Tumbuhkan empati
Manusia diciptakan untuk menjalin hubungan sosial dengan sesamanya di sekitar mereka. Sejak usia dini, kita belajar cara “membaca” perilaku orang lain dan menirunya. Kita melakukan hal ini agar bisa diterima oleh lingkungan, mendapatkan apa yang kita inginkan dan butuhkan, dan merasa terhubung dengan orang lain.
Akan tetapi, empati lebih dari sekadar mampu memahami perilaku dan merasakan emosi orang lain. Empati membutuhkan kemampuan untuk membayangkan seperti apa rasanya menjalani kehidupan orang lain, berpikir dengan cara pikir orang lain, dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan mengembangkan kemampuan berempati, Kita akan lebih sensitif untuk merasakan perasaan orang lain, lebih mampu menjalin hubungan dengan orang lain, dan lebih mudah bergaul. Selain itu, Kita juga mampu memperlakukan orang lain sebagaimana Kita sendiri ingin diperlakukan.
Penelitian telah membuktikan bahwa dengan berlatih meditasi cinta kasih atau meditasi agar mampu mencintai akan merangsang area tertentu di otak yang bertanggung jawab atas aktivitas emosional. Meditasi ini juga bisa membantu mengurangi stres dan membuat Kita merasa lebih stabil.[39] Latihan meditasi untuk menenangkan pikiran juga memberikan efek yang sama, tetapi kurang bermanfaat untuk mengembangkan empati.
Riset telah membuktikan bahwa Kita bisa meningkatkan kemampuan berempati dengan membayangkan secara aktif apa yang sedang dialami oleh orang lain. Membaca karya fiksi juga bisa mengembangkan kemampuan Kita untuk memahami cara pandang orang lain.
Jangan langsung menilai, jika bisa
Riset telah membuktikan bahwa kita biasanya akan kurang bisa berempati kepada orang-orang yang kita anggap bertanggung jawab atas penderitaan mereka, misalnya orang-orang yang “mengalami hal-hal yang sudah sepantasnya mereka terima”. Ingatlah bahwa Kita tidak tahu seperti apa kondisi kehidupan yang mereka alami atau masa lalu mereka.
Carilah orang-orang dengan latar belakang yang berbeda
Penelitian telah membuktikan bahwa Kita akan lebih mudah berempati jika bertemu dengan orang-orang dengan budaya atau keyakinan yang berbeda.
Semakin banyak Kita bertemu orang-orang dengan pola pikir dan perilaku yang berbeda, semakin kecil kemungkinannya Kita akan membuat penilaian atau membuat prasangka yang tidak berdasar.
Berfokuslah pada orang-orang, bukan pada kejadian
Kita cenderung kurang berterima kasih atas hal-hal yang tidak berbentuk materi, misalnya saat kita merasa dicintai atau menerima kebaikan. Kenyataannya, perjuangan untuk mendapatkan lebih banyak materi biasanya merupakan tanda bahwa Kita sedang berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan hal-hal yang lebih berarti.
Riset telah membuktikan bahwa orang-orang materialistis biasanya kurang bahagia ketimbang teman-teman mereka.Mereka merasa kurang bahagia dengan kehidupan mereka secara keseluruhan dan lebih sering mengalami emosi negatif seperti ketakutan dan kesedihan.
Biasakan memberi kepada orang lain
Tidak setiap orang mampu menyumbang ratusan juta rupiah kepada badan amal favorit, tetapi bukan berarti Kita tidak bisa memberikan sedikit kontribusi kepada orang-orang yang membutuhkan. Menolong orang lain bukan hanya bermanfaat bagi penerimanya, tetapi bermanfaat juga bagi Kita. Riset telah membuktikan bahwa orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri biasanya lebih bahagia. Mereka juga bahkan mengalami peningkatan hormon endorfin yang dikenal sebagai hormon yang memberikan rasa bahagia karena melakukan kebaikan untuk orang lain. [
Jadilah Pahlawan yang sukarelawan
Alih-alih menghabiskan akhir pekan dengan menonton TV, cobalah menjadi sukarelawan di panti asuhan atau panti jompo terdekat. Dengan melayani orang lain, Kita akan merasa lebih terhubung dengan mereka dan menjadi bagian dari sebuah komunitas sehingga Kita tidak merasa tersisihkan dari pergaulan. [51]
Berikan kebaikan apa saja setiap hari
Mungkin Kita bisa memberikan bantuan kecil dengan membawakan belanjaan seorang manula ke mobilnya atau memberikan petunjuk arah yang benar kepada seseorang yang sedang mengemudi mobil. Semakin banyak Kita melakukan hal ini, Kita akan semakin menyadari betapa senangnya bisa membantu orang lain dan pada akhirnya, Kita bisa mengatasi keinginan untuk mementingkan diri sendiri.
Riset telah membuktikan bahwa prinsip “berbuat baik tanpa pamrih” benar-benar berlaku. Perbuatan menolong orang lain akan menular dari orang yang satu kepada orang yang lain. Tindakan kecil yang Kita lakukan dengan menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini berarti, akan ada orang lain juga yang terinspirasi dan menginspirasi orang lain, dan seterusnya.
Perhatikan bagaimana perilaku Kita memengaruhi orang lain.
Kita bisa menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk memperhatikan perilaku kita sendiri sehingga tidak sempat memperhatikan bagaimana akibatnya terhadap orang lain. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri secara psikologis yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. [53] Jika setiap orang merespons Kita dengan cara yang sama, mungkin Kita memiliki kebiasaan yang tidak baik. Ada kemungkinan perkembangan Kita terhambat oleh mekanisme pertahanan diri yang selama ini Kita gunakan.
Contohnya, coba perhatikan cara orang lain merespons Kita. Apakah mereka mudah tersinggung karena ucapan Kita? Ada kemungkinan, bukan karena orang lain terlalu sensitif, tetapi Kita sendiri yang sudah membangun mekanisme pertahanan diri dengan menyinggung perasaan orang lain agar Kita merasa lebih baik. Cobalah gunakan cara berkomunikasi yang lain dengan orang lain agar tidak menimbulkan respons menyakitkan yang sama.
Amati cara Kita berinteraksi dengan orang lain
Coba temukan polanya dan tentukan mana pola yang baik dan yang tidak baik. Semakin Kita mampu bersikap fleksibel dan adaptif dalam berperilaku, Kita akan semakin selaras dengan orang-orang di sekitar Kita.
Membuat Pilihan yang Tepat
Kembangkan bakat Kita. Setiap orang mempunyai keterampilan atau minat yang mereka kuasai dengan baik dan sangat mereka sukai. Jika Kita merasa tidak berbakat, mungkin Kita belum menemukannya. Biasanya Kita harus berusaha dengan gigih untuk mencoba berbagai hal sampai menemukan apa yang terbaik untuk Kita.
Orang-orang dengan sifat yang sama biasanya akan tertarik pada aktivitas yang sama. Contohnya, orang-orang yang suka dengan aktivitas yang memacu adrenalin mungkin tidak akan tertarik untuk bergabung dalam kelompok merajut yang tenang dan lebih banyak diam, tetapi orang-orang yang menyukai aktivitas yang tenang mungkin akan sangat tertarik dengan kelompok ini. Kita bisa menemukan apa yang Kita sukai dengan menentukan siapa orang-orang yang Kita sukai sebagai teman berkumpul.
Tetaplah bersabar
Perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap, tetapi membutuhkan usaha dan waktu. Berusahalah dengan gigih sebab menghentikan kebiasaan lama, mencari teman baru, atau melakukan kegiatan baru bukanlah hal yang mudah, apalagi jika Kita sangat sibuk.
Daftarkan diri untuk mengikuti kursus yang Kita sukai, berlatih alat musik, atau berolahraga. Bukan hanya belajar hal-hal baru, Kita juga bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat belajar yang sama. Cobalah belajar hal-hal baru yang bisa membawa Kita keluar dari zona nyaman dengan cara yang aman dan bermanfaat.
Lakukan apa yang Kita sukai
Tidak peduli seberapa pun banyaknya uang yang Kita hasilkan, Kita tidak akan merasa bahagia jika seumur hidup harus melakukan sesuatu yang Kita benci. Meskipun tidak semua orang cukup beruntung menemukan pekerjaan sesuai hobi, berusahalah menyediakan waktu untuk melakukan hal-hal yang bisa membuat Kita bahagia.
Anda akan merasa lebih bahagia dan puas dengan melakukan hal-hal yang bermakna bagi hidup Kita. Cobalah melakukan kegiatan kreatif, misalnya di bidang seni atau musik agar Kita bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran Kita dengan cara yang sehat dan bermanfaat.
Ada mitos yang mengatakan bahwa orang-orang yang berhasil biasanya hanya terfokus pada tujuan tertentu. Mereka tidak akan membiarkan apa pun menghalangi tujuan mereka, termasuk memberikan waktu untuk diri sendiri. Sayangnya, cara hidup seperti ini sangat tidak sehat. Cobalah untuk tidak terlalu berfokus pada satu aspek dalam kehidupan Kita sehingga lupa mengembangkan aspek yang lainnya.[56]
Jika Kita sangat tidak bahagia dalam bekerja, cobalah mencari tahu apa sebabnya. Jika bisa, lakukan perubahan agar perasaan Kita ikut berubah. Jika Kita merasa tidak bahagia karena pekerjaan yang tidak prospektif atau tidak selaras dengan nilai-nilai Kita, cobalah mencari pekerjaan lain.
Nikmatilah hidup Kita
Jalani hidup dengan menjaga keseimbangan antara bekerja dan bermain. Kehidupan Kita tidak bisa berkembang dan akan terasa monoton jika hanya terfokus pada satu kegiatan tertentu. Manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat cepat pada kejadian positif. Oleh sebab itu, kita bisa mengalami desensitisasi terhadap pengalaman positif, apalagi jika hanya ini yang kita alami.
Riset telah membuktikan bahwa saat kita berada di zona nyaman, kita tidak akan seproduktif saat berada di luar zona nyaman. Berusahalah mencari pengalaman baru dan melakukan interaksi dengan orang lain, meskipun rasanya agak menakutkan agar lebih banyak yang bisa Kita capai.
Keinginan kita untuk menghindari rasa tidak nyaman dan tidak mau tersinggung bisa berarti menolak fleksibilitas. Akan tetapi, riset telah membuktikan bahwa dengan mengalami kerentanan, termasuk adanya kemungkinan akan terjadi kesalahan, sangatlah penting agar Kita bisa mengalami semuanya dalam menjalani kehidupan.
Mulailah dengan berlatih meditasi untuk menenangkan pikiran
Salah satu tujuan dari meditasi ini adalah agar Kita lebih menyadari adanya pola pikir berulang yang mungkin menghalangi kemampuan Kita untuk memahami dan menerima diri sendiri. Carilah kelas meditasi terdekat atau carilah informasi tentang teknik meditasi yang paling sesuai untuk Kita.
Tips Bonus!
* Hormatilah orang lain.
Jadilah diri sendiri agar orang lain melihat siapa diri Kita yang sebenarnya
Setiap pagi sebelum Kita pergi dari rumah, sempatkan diri bercermin dan berikan pujian untuk diri sendiri. Kita bebas memuji apa saja, “bajumu bagus” juga boleh. Kita akan melangkah dengan lebih percaya diri dan merasa bahagia!
Segera akui kesalahan Kita jika Kita berbuat salah kepada orang lain
Mungkin dibutuhkan waktu bertahun-tahun sampai Kita bisa memahami cara mengenal diri sendiri dan mengetahui aspek kehidupan Kita yang harus diperbaiki. Bersabarlah!
Berikan kesempatan ke dua untuk orang lain dan diri sendiri.
Perlakukan orang lain seperti apa yang ingin dilakukan orang lain terhadap kita
Menjadi sukarelawan bisa menjadi kesempatan untuk melayani dan memperluas wawasan. Berikan hadiah yang paling berarti bagi komunitas Kita dengan membagikan waktu dan perhatian Kita.
Bersyukurlah Jika Semua Orang Bisa Tertawa Dan Senang Karena Kebodohanmu, Daripada Menjadi Orang Pintar Tetapi Selalu Menyusahkan Semua Orang...
Tertawa benar-benar obat terbaik. Ini melepaskan semua bahan kimia perasaan-baik, mengurangi stres, dan merangsang organ.Ledakan tawa sederhana dapat mengurangi depresi dan kecemas…
Sahabat GOOGLE - 8 Cara agar bisa meraih kesuksesan di usia yang muda
Muda, Sukses dan Bebas. Ini adalah kehidupan dari kita yang banyak di Impikan tetapi sangat sedikit untu…
Geegle HayoO➢ Berbagi Dalam Hidup kegembiraan; bersama kesedihan adalah setengah kesedihan "Pengalaman berbagi - apa pun dari mimpi mengganggu untuk kerucut es krim …
Aktivitas menulis bagi sebagian orang memang bisa dibilang seru dan asyik. Ketika Anda menyampaikan informasi yang menarik dan menginspirasi orang lain, itu adalah hal yang m…
Berbicara soal ketakutan, rasanya hampir semua orang memiliki rasa takut. Entah itu besar atau kecil, rasa takut kerap kali hinggap di diri manusia seperti takut akan ketinggian, t…
Media Sosial - Kita masih tampaknya akan membajak maju dalam wilayah yang belum dipetakan berkaitan dengan dinamika psikologis percobaan manusia ini dalam tindakan. Psikologi arus …
Posting Komentar
Bagaimana dengan Artikel ini? Silahkan Anda Bebas Berpendapat! (( ___; ) (6