
Maria Ozawa alias Miyabi sudah lama memilih pensiun dari industri [Por]no yang telah membesarkan namanya.
Walau begitu, mantan bintang [Por]no
Jepang ini tetap terjun ke dunia hiburan dengan membintangi sejumlah film.
Akhir-akhir ini Miyabi memutuskan untuk berperan dalam film horor.
Miyabi mengaku senang membintangi film-film horor.
Ia juga mengatakan bahwa sutradara kadang meminta dirinya untuk melakukan adegan seks dengan sang lawan main.
"Ketika saya berhenti dari industri ini (film [Por]no ), saya sangat malu. Walaupun komedi dengan beberapa adegan bercinta, itu sesuatu yang baru. Dulu memang seperti itu, tetapi sekarang telah berbeda," ungkapnya, seperti dikutip infospesial dari GMAnetwork.
Usai berhenti jadi bintang film panas, wanita keturunan Jepang -Kanada ini pun menjadi lebih pemilih terkait tawaran film yang menghampirinya.
Pasalnya kini Miyabi ingin lebih menunjukkan kemampuannya di dunia seni peran.
Lebih lanjut wanita cantik ini membeberkan bahwa imejnya sudah terlanjur lekat dengan dunia [Por]no .
Oleh sebab itu masih banyak orang yang meremehkannya.
"Kamu tidak bisa membuat orang suka dengan kita, dan itu tidak menganggu saya. Saya melakukan apa yang saya inginkan, dan mimpi itu datang. Jadi, apa yang buruk tentang itu?" tandasnya.
Pensiunnya Miyabi dan keunikan industri esek-esek di Jepang memang unik. Seperti diungkapkan dalam wawancara dengan GMA Network pada pertengahan 2015, alasan pensiunnya wanita top di industri esek-esek Jepang ini adalah ingin bekerja sesuai dengan mimpinya di industri film (biasa) dan dunia hiburan.
Keputusan itu sempat dicibir banyak orang sehingga Maria pun memutuskan pindah ke Filipina.
Bukan hal mudah bagi pemain industri [Por]no di Jepang untuk pensiun. Terlebih mereka yang tidak bisa mengubah gaya hidupnya. Di industri [Por]no mereka dengan mudah mencari uang. Sementara tak banyak lowongan pekerjaan yang bisa diisi mereka yang pensiun selain di dunia hiburan juga.
Perlu diketahui saja, setiap bulan di
Jepang keluar sekitar 4.000-an judul film esek-esek. Anehnya, pemain wanitanya sangat dominan dibandingkan pemain prianya. Dari sekitar 6.000-an bintang film [Por]no wanita, hanya ada 70-an pemeran pria.
Sedikitnya pemain pria membuat Ken Shimizu – salah satu aktor industri esek-esek Jepang – mengaku lelah. Bayangkan, ia pernah tidak bisa liburan selama tujuh tahun!
“Jumlah bintang [Por]no laki-laki di
Jepang lebih sedikit dari jumlah harimau bengal,” cuit Shimizu di Twitter.
Sementara, besarnya animo siswi SMA atau mahasiswi terjun di industri [Por]no karena memburu penghasilan. Kerja sambilan di JAV tersebut menuai upah yang cukup besar setiap bulan, yakni 250 ribu yen (setara Rp27,5 juta).
Anehnya, dengan banjirnya video esek-esek itu, kasus pemerkosaan atau angka kejahatan seksual di Jepang sangat rendah. Berbeda dengan di Indonesia yang banyak kasus pemerkosaan dipicu oleh tontonan video esek-esek yang beredar illegal.
Bisa jadi norma yang masih berlaku ketat di masyarakat Jepang serta cap “memerkosa adalah perbuatan gila” menjadikan kasus kejahatan seksual di
Jepang sedikit. Hukuman terhadap pelaku kejahatan seksual juga keras.
Selain itu Jepang juga mengatur secara ketat dalam hal visualisasi film [Por]no .
Film [Por]no memang legal, tetapi coba perhatikan film-film [Por]no mereka. Bagian-bagian vital disensor. Bila kita temukan film [Por]no Jepang tanpa sensor, bisa dipastikan film-film itu dikuasai Yakuza. (GMAnetwork/intisari)
Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh Tribun Jogja