Usut punya usut trendingnya rumah milea bandung adalah karena kerap jadi langganan wisatawan untuk berfoto-foto hingga pada akhirnya ada larangan berfoto di rumah milea bandung tersebut. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasannya:
Rumah tua itu lebih sering dikenal dengan sebutan 'Rumah Milea'.
Sebab, sekitar tahun 2018 lalu rumah ini jadi tempat syuting film Dilan 1990. Diceritakan rumah tersebut ialah rumah masa muda tokoh Milea. Nyatanya, rumah tersebut ialah milik salah satu warga Bandung yang termasuk dalam Bangunan Cagar Budaya Golongan B.Tapi kini, rumah ini kembali jadi perbincangan di media sosial. Kini, pada bagian depan bangunan, tepatnya pada tumbuhan yang menghiasi area depan rumah, terpasang sebuah spanduk besar. Pada spanduk kuning dengan huruf kapital berwarna hitam tertulis
'DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI!'
Pantauan detikJabar pada Senin (5/8/2024) siang, rumah dengan arsitektur khas masa kolonial itu nampak sepi. Benar, spanduk warna kuning itu masih terpampang nyata. Terlihat pada bagian pagar itu sedang dipercantik kembali, begitu pula dengan temboknya yang dicat ulang.Kurang lebih sejak minggu yang lalu, tulisan itu terpampang jelas. Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, mengaku spanduk tersebut terpampang karena warga yang merasa kenyamanannya terganggu.
"Sebetulnya mah bukan ibunya, bukan pemiliknya yang pasang tulisan itu. Tapi dari RT atas saran warga-warga sekitar. Warga setempat merasa keberatan karena semakin hari rumahnya semakin ramai dikunjungi, menghalangi jalanan, terus juga menutupi akses gerbang rumah warga," kata sumber tersebut.
Hanya Ingin Tenang
Tim detikJabar pun berkesempatan untuk mengobrol dengan sang pemilik, Tin dan Penny. Kakak beradik ini menjadi pemilik dari rumah cagar budaya tersebut. Tin pun membenarkan bahwa rumah tersebut tidak boleh dipakai foto lagi, atas keinginan dari warga sekitar.
"Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini padahal kan nggak boleh," ucap Tin pada detikJabar.
Sebetulnya, bisa dibilang banyaknya pengunjung bukan cuma jadi mengganggu warga sekitar. Tapi tentu juga bagi para penghuni rumah. Terlebih, Tin dan Penny sudah tak lagi muda. Mereka hanya ingin menikmati ketenangan baik saat beraktivitas maupun saat istirahat.
Tin juga mengaku heran, ia merasa tak ada yang spesial dari rumahnya. Bicara soal rumah lawas, menurut Tin banyak rumah cagar budaya lainnya yang lebih bagus dan adem di Kota Bandung.
"Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak 'Milea!! Milea!!', terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga," cerita Tin.
"Saya juga heran lho, kok setiap hari rasanya malah tambah ramai. Padahal syutingnya kan sudah lama ya? Sekitar tahun 2018 lalu nggak lama dipakai syuting lagi. Tapi kok masih saja ada yang berdatangan dan foto," sambung Tin.
Cerita Tin sesekali disambung oleh Penny, adiknya. Dua bersaudara itu juga bercerita, bahwa kadang suka bertanya ke para pengunjung, apa yang membuat rumahnya begitu spesial? Katanya rumah itu terasa adem alias sejuk.
Tin sebetulnya merasa tersanjung karena begitu banyak orang yang suka dengan rumah peninggalan orang tuanya itu. Sayangnya, kunjungan demi kunjungan itu tak sebanding dengan dampak yang didapatkan. Beberapa kali Tin harus memperbaiki pagar rumahnya.
Pagar Sering Rusak
Sebab, wisatawan yang datang bukan cuma berfoto, parkir sembarangan, nyampah, atau menghalangi jalan, tapi juga sampai naik dan menduduki pagar rumah yang ukurannya tidak tinggi.
"Padahal yang datang ke sini mungkin orang-orang terpelajar, anak-anak muda, banyak yang ke sini juga datang jauh-jauh dari luar pulau terus mampir foto. Tapi ya sayangnya bukan cuma mengganggu, tapi juga pagar itu suka dinaikin, didudukin, jadinya pagarnya turun terus seret nggak bisa dibuka. Saya beberapa kali harus perbaiki," ceritanya.
"Ya saya tidak bisa marah atau melarang, nanti saya takut dikira sok atau ada yang tidak terima. Saya sebetulnya cuma ingin ketenangan saja, ya sudah kami di dalam saja lah banyak kerjaan," sambung Tin.
Kini, Tin dan Penny hanya berharap para pengunjung mengindahkan himbauan tersebut. Ia berharap supaya situasi lebih kondusif dan tetangga sekitar dapat kembali tinggal dengan nyaman di rumahnya masing-masing.