Namun, di tengah suasana duka itu, warga dikejutkan oleh duka lain: supir ambulans tersebut meninggal dunia sesaat setelah menunaikan tugasnya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya tanpa sempat beranjak dari tempat duduknya di depan kemudi.
Semula, tidak ada tanda-tanda mencurigakan saat mobil ambulans memasuki halaman rumah duka. Warga yang sudah menunggu menyambut kedatangan jenazah dengan suasana haru dan khidmat.
Sang sopir ambulans tampak tenang dan profesional. Ia dengan cekatan memarkirkan kendaraan yang dikemudikannya tanpa menunjukkan tanda kelelahan yang berlebihan.
Begitu kendaraan berhenti sempurna, warga segera bergerak menuju pintu belakang ambulans untuk membantu menurunkan p jenazah. Namun tak lama berselang, tiba-tiba perhatian warga teralihkan oleh suara teriakan seorang ibu yang melihat tubuh sopir ambulans terhuyung lalu mendorong pintu mobil hingga setengah terbuka.
“Euleuh… euleuh… itu si amangna!” teriak seorang ibu warga setempat, sambil menunjuk ke arah sopir ambulans yang terlihat terhuyung di depan kemudi.
Sontak warga menoleh. Pintu sisi pengemudi yang setengah terbuka memperlihatkan tubuh sang sopir yang tampak lemas. Beberapa orang warga kemudian menghampiri. Namun, belum sempat sampai, sang sopir jatuh keluar dari kursinya ke arah luar mobil.
“Allohu Akbar… Allohu Akbar… Itu supir pingsan!” ujar warga yang melihat kejadian itu dari dekat.
Warga yang berada di sekitar langsung bereaksi cepat, mencoba memberikan pertolongan. Awalnya, mereka mengira sopir ambulans itu hanya pingsan karena kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dari Bandung ke Ciamis.
Namun, beberapa saat kemudian, suasana berubah haru. Sang sopir ternyata menghembuskan napas terakhirnya di tempat, di depan kemudi yang setiap hari menemaninya beraktivitas. Ia meninggal hanya beberapa detik setelah menyelesaikan tugasnya mengantarkan jenazah kepada keluarga almarhum di Hujungtiwu Panjalu.
Peristiwa tersebut sontak mengundang simpati mendalam dari warga sekitar. Bagi sebagian warga, momen itu seperti kisah duka berlapis, di mana satu nyawa diantar pulang, sementara nyawa lain berpulang sesaat kemudian.
Tak terbayangkan, jika sebenarnya sepanjang perjalanan sopir tersebut menahan sakit. Tapi ia tetap fokus untuk menyelesaikan tugasnya. Boleh jadi karena ia faham, ada banyak keluarga duka yang sedang menunggu kedatangan jenazah yang ia bawa.
Kisah nyata ini menjadi pengingat tentang ketulusan seorang supir ambulans, yang meninggal dunia setelah menunaikan tugas kemanusiaan. Ia berpulang dalam pengabdian, di tengah perjalanan terakhir, di Hujungtiwu Panjalu, Kabupaten Ciamis.