
Cara mengawinkan/Menjodohkan burung merpati bakalan dapat dilakukan dengan cara perkawinan keluar (outcrossing), perkawinan marga (linebreeding) dan perkawinan sendiri (inbreedig). Bagi merpati pos, ada pihak yang menekankan agar dalam melakukan perkawinan sendiri itu maka jalur jantanlah yang lebih dipentingkan, sebab jalur jantan inilah yang membawa darah oleh adanya pengaruh gen.
Burung jantan dan betina dapat meneruskan gen-nya ke anak-anak burng jantan akan tampak seperti burung betina, berbadan yang kecil daripada burung jantan. Kalau ada peternak yang mengarah pada pengembangan jalur betina ternyata semua gagal. Oleh karena itu kita pun pelru benar-benar memperhatikan hal ini.
Kalau ternyata ada kelompok burung yang menunjukkan prestasi tinggi (dalam hal terbang) maka hendaknya kelompok ini dipertahankan. Keberhasilan dalam suatu keluarga hendaknya dipertahankan, dan jangan sampai merosot dengan membiarkan burung kawin tanpa terkendali.
Untuk keperluan seperti ini ada pihak yang mengawinkan burung dengan memakai data-data yang dimiliki oleh burung. Namun ada pula yang mengawinkan burung berdasarkan prestasi burung yang ada dan hasil pengawinannya.
Ada pula yang membiarkan burung kawin tanpa diatur. Apa pun yang dilakukan, sasarannya haruslah tetap satu yaitu kondisi burung menjadi semakin baik. Ada pihak yang mengatakan bahwa hasil dari kandang di mana kita bekerja keras untuk menghasilkan burung-burung dengan mutu yang baik barulah dapat dipenuhi setelah 3 atau 4 tahun kemudian. Oleh karena itu kita harus benar-benar tahu dan bersabar, agar dari burung-burng yang kita ternakkan itu ada yang menjadi juara.
Burung jantan berbadan lebih besar daripada burung betina. Paruh, pial, dan kelopak mata, serta leher pada burng jantan, lebih besar dari betinanya. Juga burung jantan lebih agresif dan senang berkelahi. Telah disebutkan bahwa merpati umumnya akan berpasangan sendiri seumur hidup. Tetapi kita dapat memisahkan pasangan yang ada.
Kalau kita memisahkan sesuatu pasangan, dan kemudian mengawinkan pasangan itu dengan burung lain, hendaknya diperhatikan bahwa kotak sarang yang biasa dipakai oleh pasangan yang dipisahkan tadi supaya diberikan kepada burng jantan. Sebab kotak sarang menjadi “milik” burung jantan, bukan burung betina.
Maka bila pasangan baru ditempatkan di tempat lain, burung jantan itu nantinya akan kembali ke kotaknya yang lama dan ingin menguasai kotaknya semula. Dengan demikian, tempatkanlah burung jantan pada kotaknya sewaktu burung ini dijodohkan dengan betian lain.
Untuk melihat apakah pasangan sudah siap bertelur atau belum, maka kita dapat melihat tingkah laku burung jantan yang sibuk mencari kotak sarang. Kalau burung sudah mantap dengan suatu tempat maka pasangan itu sebaiknya dikurung dalam kotak itu, terutama burung betina (dikurung lebih lama). Setelah burung kawin, maka kita dapat menyodorkan sarang kepada burung – jangan kaget bila burung jantan mengusir betinanya.
Sarang kita buat dengan menggunakan mangkok tembikar, dan untuk bahan sarang dapat kita pakai potongan jerami yang sudah dicuci dan dijemur. Bagi mereka yang sayang sekali kepada burung dapatlah burung diberi mangkok/piring dari kayu, seperti yang kita temukan di toko-toko sebagai tempat buah-buahan atau roti.
Kalau itu sulit diperoleh, kita masih dapat membuatnya dari papan dalam bentuk persegi, dengan panjang dan lebar 20 cm dan tinggi 10 cm, dan ini sebaiknya dicat (setahun sekali diulang) dengan menggunakan residu (bahan pengawet kayu yang berwarna hitam).
Boleh jadi burung akan bertelur pada sarang kosong (tanpa isi sarang), tetapi sebenarnya suatu proses mengumpulkan bahan-bahan sarang (misalnya jerami) dan menatanya (walaupun tak mulus) merupakan bagian dari proses perkawinan burung, dan penataan sarang oleh burung jantan merupakan pertanda bahwa burung menerima sarang itu, berikut kotaknya.
Telah ditemukan adanya siklus perkawinan burung. Siklus ini dimulai dengan burung kawin. Lima hari kemudian burung jantan akan mengusir burung betina dari sarang, dan umumnya sepuluh hari kemudian (dari perkawinan) telur pertaman keluar. Telur pertama biasanya muncul sore hari dan telur kedua sekitar 45 jam kemudian. Kadang telur pertama dierami setengah-setengah, atau dibiarkan, dan setelah telur kedua keluar barulah pengeraman dilakukan secara penuh.
Telur umumnya akan menetas bersama-sama, yaitu setelah dierami selama kira-kira 18 hari, atau empat minggu setelah burung kawin. Kira-kira 16 hari setelah telur menetas maka burung betina dapat bertelur kembali untuk masa pengeraman kedua. Tidaklah semua jenis merpati akan berada dalam siklus seperti ini.
Kalau burung betina sudah berada dalam masa peneluran jangan dipegang, sebab telur yang berada di dalam perut dapat pecah. Juga selama burung mengeram jangan sampai diganggu, terutama jangan sampai telur ditingggal oleh burung sehinngga menjadi dingin dan embrio di dalam telur mati.
Dari pengalaman seseorang diterangkan, bahwa untuk mendapatkan burung jantan yang baik lebih mudah daripada mendapatkan burung betina yang baik. Perbandingannya sampai sepuluh dibanding satu. Itu berarti bahwa burung jantan yang baik (sebagai bapak) lebih mudah didapat untuk dikembangbiakkan daripada burung betina yang baik (sebagai induk).
Membesarkan anak-anak burung hanya dapat berjalan dengan baik sekali bila kedua induknya benar-benar berbeda dalam puncak kesehatannya. Ini juga berlaku bagi telur yang dihasilkannya, sebab bila salah satu burung tidak berada dalam keadaan puncak kesehatannya, maka dapat dikatakan telur yang dihasilkan tidaklah seluruhnnya baik. Bahkan keadaan anak-anak burung yang kurang baik atau kurang sehat dapat kita temukan.
Telur mulai pecah sampai anak burung benar-benar keluar dari telur diperlukan waktu sekitar 48 jam. Jadi kita perlu memperhatikan apakah pada hari ke-16 ada suara anak burung – walaupun belum keluar dari telur kita sudah dapat mendengar suara anak burung yang masih berada di dalam telur ini.
Setelah burung keluar dari telur (biasanya terbelah dua) perhatikanlah keadaan kulitnya. Kulit itu seharusnya tergolong bersih, tetapi kalau ada bekas-bekas hitam dan sisa-sisa darah yang cukup banyak maka anak burng lemah. Jangan sekali-sekali kita membantu anak burung keluar dari tekur – burung sehat mampu mengatasinya dan keluar sendiri.