"Tulisan ini saya persembahkan untuk kalian yang menemui keraguan untuk berhijab."
4 April 2010, pada hari itu saya memutuskan
memakai hijab. Sekitar 2,5 tahun lalu, dan
alhamdulillah sampai sekarang saya tetap
istiqomah dan tidak ada keraguan di dalamnya untuk semakin mencintai hijab saya.
Saat ini, kepada kalian semua saya ingin
mengungkapkan, "how much I love my hijab".
Betapa bangganya saya memakai mahkota ini.
Alasan terbesar saya pada waktu itu
memutuskan berhijab yaitu, "aku ingin
mengubah hidup dan kehidupanku," dan, "aku
ingin merasa berharga dan dihargai".
Tidak ada yang salah pada kehidupanku
sebelum memakai hijab. Pada waktu itu,
mungkin umurku sekitar 17-18 tahunan, umur
di mana seorang anak remaja tengah mencari
jati dirinya. Memang benar adanya, aku
menemukan suatu pelajaran kehidupan yang
sangat luar biasa yang menjadikanku bisa
seperti sekarang.
Dulu, betapa bangganya aku pergi dengan
celana pendek (hot pants) dan mini dress.
Betapa hebatnya aku jika pulang semakin larut
malam, dan betapa bisa dibilang "gaulnya" aku
mempunyai teman-teman yang rock 'n roll.
Sambil mengetik tulisan baris terakhir ini, aku
sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat-
ingat kebandelan remajaku pada waktu itu. Yang
terkadang membuat orang tuaku dag dig dug...
hehe.. Semuanya berlalu menjadi kisah lalu.
Untuk yang sering bertanya kepadaku, "waktu
itu kamu hijabin hati atau langsung action
berhijab, Sa?"
Saya akan menjawab, "aku langsung action
memakai, karena berpikiran hijabin hati dulu
justru tidak ada. Yang ada dalam pikiranku, aku
hanya ingin merasa dihargai dan merubah
kehidupanku. Karena jujur saja, pada waktu
itu aku sudah merasa risih dengan pandangan
lawan jenis terhadapku karena sering memakai
pakaian yang kurang bahan."
Untuk yang sering berargumen kepadaku, "aku
belum siap Sa pakai hijab. Sholatku saja masih
suka bolong-bolong."
Kalian mau dengar ceritaku? Baca dengan hati
ya dan jangan lupa tissue-nya.
Long story dimulai...
Selama 3 hari setelah berhijab, aku sama sekali
belum menjalankan sholat 5 waktu (perlu
diketahui, sebelum berhijab aku juga masih
malas-malasan untuk sholat karena belum
sadar sholat itu kewajiban).
Berarti, kalian lebih baik daripada aku. Kalian
hanya "bolong-bolong", sedangkan aku "sama
sekali". Betapa banyak ya dosaku hehe...
Hari ke-4, hatiku mulai terketuk. Di saat aku
bercermin, aku lihat ada selembar kain
menutupi kepalaku. Seharusnya, aku pun malu
jika kelakuanku "sama saja" sebelum aku
menutup auratku.
Oke, perubahan yang harus kulakukan pertama
kali adalah "AKU HARUS SHOLAT 5 WAKTU",
mau tidak mau harus tidak boleh bolong lagi.
Tiga bulan pertama, aku mati-matian belajar
sholat 5 waktu dan tidak boleh bolong.
Mau tahu rumus apa yang kugunakan?
Satu kali sholat hanya 5 menit, jika 5x sholat
dalam sehari berarti 25 menit. Sedangkan
dalam satu hari, kita punya waktu 24 jam. 25
menit dibanding 24 jam tidak ada apa-apanya.
Betapa kikirnya kita jika tidak mau
ber-"sedekah" 25 menit untuk-Nya.
Got your answer tentang masalah ibadah yang
masih bolong-bolong? Jangan bosan membaca
dulu ya, aku harap kalian membacanya sampai
akhir.
Ternyata semua seperti "setrum" otomatis.
Ibadah memang membuat ketagihan. Setelah
tiga bulan pertama belajar sholat 5 waktu, aku
menemukan keasyikan tersendiri untuk belajar
ibadah-ibadah wajib dan sunnah lainnya.
Prosesnya sangat luar biasa, aku hanya bisa
berucap, "Subhanallah, sungguh Agung
kebesaran-Mu Ya Allah".
Ini mungkin cerita serunya, tapi ada juga yang
bertanya kepadaku, "apa rintangan terberatmu
saat pertama kali berhijab? Aku masih susah
berhijab, lingkungan pergaulanku masih belum
mendukung."
Aku jawab ya, tetapi semoga kalian tetap ber-
khusnudzon mendengar ceritaku.
"Siapa bilang tidak ada rintangan dalam
memutuskan untuk berhijab. Tentunya, pasti
ada rintangannya ketika kita memutuskan untuk
berjalan di jalan kebaikan. Rintangan terberatku,
pada waktu itu aku pernah di-'judge' tidak
pantas memakai hijab oleh beberapa orang
yang tidak akan kusebut namanya. Waktu itu
batin ikut menangis, entah dosa apa aku ini.
Tetapi, sekarang berpikiran itu memang pikulan
'judge' masyarakat, karena aku sendiri yang
kadang berpakaian dengan yang mini-mini."
Ada yang kuanggap sebagai rintangan terlucu.
Sahabat dekatku sendiri pada waktu itu
mencibirku, "Resa.. Resa.. paling kamu ini
tahan pakai jilbab cuma seminggu terus lepas
lagi!"
Hehe... mungkin kalau sahabatku membaca ini
dan melihatku sekarang hanya cengar-
cengir. Dan di penghujung ceritaku, alasan
paling kuatku untuk tetap mempertahankan
mahkota hijabku sampai sekarang... aku pernah
bersimpuh maaf di telapak kaki ibuku dan
beliau berkata, "Kamu itu 'manequin'-nya Ibu,
berpakaianlah yang pantas, maka Ibu akan
membanggakanmu". Kata-kata ini luar biasa dan
akan selalu terkenang sampai kapan pun.
Untuk Bapak dan Ibuku, terima kasih untuk
segalanya yang tidak dapat kusebutkan. Semoga
setiap karya sederhanaku akan jadi pemberat
timbangan kebaikan kalian di akhirat nanti..
Aamiin. Untuk para sahabat dan teman-
temanku, terima kasih untuk pelajaran
kehidupannya.
Dan sekarang...
Untuk yang masih menemui keraguan dalam
berhijab:
1. Untuk yang masih ragu karena malu akan
masa lalunya, Allah tidak pernah tidur, setiap
orang punya kisah masa lalu dan harus berlalu,
kalian berhak jadi apa pun untuk masa depan
kalian;
2. Untuk yang masih ragu ingin berhijab hati
dulu sebelum menutup aurat, dengan hijab
menutup aurat, insyaAllah hati kalian akan
terhijabi secara otomatis;
3. Untuk yang sudah istiqomah berhijab, mari
menginsipirasi Muslimah lainnya untuk
menjadi "perhiasan" yang sesungguhnya.
Quote:
"Jika kamu menginginkan perubahan diri, tetapi
lingkungan tidak mendukungmu, maka
tinggalkan (untuk sementara) dan kembalilah
setelah siap kembali dengan metamorfosismu."
Semoga tulisan saya ini menginspirasi bagi
siapa pun yang membacanya, karena sesuai
hadist riwayat, "Sebaik-baiknya Muslim adalah
yang memberi manfaat untuk Muslim lainnya".
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Semoga Allah SWT segera memberi Hidayah bagi Wanita yg masih Enggan untuk Berhijab amin.
Bagaimana dengan Artikel ini?
Silahkan Anda Bebas Berpendapat!
((
___; )
(6