Agus dan Merrie adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Merrie berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Agus hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Agus sangat mencintai Merrie. Agus telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Merrie dan Merrie kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Agus telah menuliskan harapannya kepada Merrie. Banyak sekali harapan yang telah Agus ungkapkan kepada Merrie. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Merrie dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Merrie.
Suatu hari Agus melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Agus berkata kepada Merrie:
“Merrie, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “
Saat mendengar Agus berkata demikian, menangislah Merrie. Ia berkata kepada Agus:
“Gus, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!”
Saat mendengar itu Agus pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Merrie. Ia mengatai Merrie matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Dan Akhirnya Agus meninggalkan Merrie menangis seorang diri.
Agus mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Merrie dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Agus menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Agus, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Agus pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Agus pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Merrie.
Agus mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Agus membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Merrie.
Agus sangat terkejut ketika didapati orang tua Merrie memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Merrie dalam makam itu. Agus pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Merrie untuk menemui orang tua Merrie.
Orang tua Merrie pun berkata kepada Agus:
”Gus, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Merrie yang terkena kanker rahim ganas. Merrie menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”
Orang tua Merrie menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Agus.
Agus membaca surat itu.
“Gus, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Gus, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Guse……….. “
Setelah membaca surat itu, menangislah Agus. Ia telah berprasangka terhadap Merrie begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Merrie teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Merrie kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Merrie mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Merrie sebagai orang matre tak berperasan. Merrie telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
Sungguh sangat mengharukan. Sebuah Cerita Sedih yang amat sangat menyentuh hati. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik Kisah Cinta Agus dan Merrie tersebut, yang merupakan Cerita Cinta Anak Remaja yang Sangat menyedihkan dan mengharukan.
Dari Cerita sedih dan mengharukan yang dikisahkan oleh Agus dan Merrie, dapat di ambil kesimpulan bahwa “Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita”.
Apa kesimpulan mu setelah membaca Cerita Cinta Sedih Mengharukan diatas?