Atribut tersebut diambil dari tanaman liar yang tumbuh subur di daerah tawang gantungan, selintas biasa saja atribut yang dipasang di topeng tersebut, padahal beberapa atribut ternyata memilliki atau mengandung filosofi kehidupan yang sangat dalam. Prabu Sampulur selalu menyerahkan daun Waregu Pancawarna dan kembang bubuay.
Daun Waregu Pancawarna bukan berarti setiap helai daunnya warna-warni, melainkan hanya simbol kebaikan atau kebahagiaan. Sedangkan bunga yang keluar dari pohon sejenis rotan yang disebut bubuay itu ternyata mengandung filosofi kehidupan yang sangat berarti, dilihat dari bentuk bunga yang tersusun rapi berurutan, sebagai simbol runtut raut, sauyunan (kebersamaan), silih asah, silih asih, silih asuh, stiap helai bunganya menempel kuat di manggarnya (tangkainya). Kuatnya kebersamaan secara turun temurun tidak akan lepas dari pecah.
Selanjutnya topeng-topeng kulit kayu yang dibuat oleh Prabu Sampulur dipasang dipohon-pohon besar yang ada disekitar Tawang Gantungan konon, karena kesaktiannya bila ada orang yang berniat jahat melihat topeng tersebut seolah-olah melihat makhluk tinggi besar menyeramkan dan membuat takut orang itu.
Prabu Sampulur didatangi 2 orang pendatang ke tempat tersebut (Tawang Gantungan), orang itu bernama Sanca Manik dan Sanca Ronggeng, prabu sampulur sendiri mempunyai 17 orang yang bisa dipercaya dan bisa membantu termasuk Sanca Manik dan Sanca Ronggeng.
Prabu Sampulur memanggil topeng-topeng tersebut dengan sebutan BABAGUG atau NGABAGUG (diam tak bergerak), karena dipasang dipohon setelah adanya Sanca Manik dan Sanca Ronggeng ke wilayah itu, baru topeng-topeng tesebut dijadikan perlengkapan tari-tarian. Prabu Sampulur tidak begitu lama menempati Wilayah Tawang Gantungan itu, akhirnya diganti oleh salahsatu dari orang kepercayaannya yaitu Margadati, sebagai penerus kekuasaan.
Margadari yang mempunyai ide atau cara supaya terciptanya keserasian antara gerakan dengan alat musik awalnya hanya kayu yang berlubang. Karena proses alam yang dipakai dipukul dengan kayu hingga keluar bunyi-bunyian. Jika mendapatkan hewan buruan, mereka menari-nari berkeliling sambil memakai topeng dengan atributnya bedanya Margadati menambahkan kolotok Kayu yang digoyang-goyangkan sebagai alat musik tambahan pengiring tarian dan juga kayu yang berlubang memanjang dipukul-pukul menjadikan suara riuh rendah, karena suara yang dikeluarkan dari alat musik itu Margadati memanggil orang-orang yang memakai topeng beserta atributnya itu dengan sebutan BEBEGIG, yang awalnya dari kata BABAGUG atau NGABAGUG (diam tak bergerak) dibantu oleh Sanca Manik & Sanca Ronggeng juga Masyarakat yang ada diwilayah tersebut.
Keberadaan Bebegig di Desa Cempaka, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis
Selanjutnya topeng-topeng kulit kayu yang dibuat oleh Prabu Sampulur dipasang dipohon-pohon besar yang ada disekitar Tawang Gantungan konon, karena kesaktiannya bila ada orang yang berniat jahat melihat topeng tersebut seolah-olah melihat makhluk tinggi besar menyeramkan dan membuat takut orang itu.
Prabu Sampulur didatangi 2 orang pendatang ke tempat tersebut (Tawang Gantungan), orang itu bernama Sanca Manik dan Sanca Ronggeng, prabu sampulur sendiri mempunyai 17 orang yang bisa dipercaya dan bisa membantu termasuk Sanca Manik dan Sanca Ronggeng.
Prabu Sampulur memanggil topeng-topeng tersebut dengan sebutan BABAGUG atau NGABAGUG (diam tak bergerak), karena dipasang dipohon setelah adanya Sanca Manik dan Sanca Ronggeng ke wilayah itu, baru topeng-topeng tesebut dijadikan perlengkapan tari-tarian. Prabu Sampulur tidak begitu lama menempati Wilayah Tawang Gantungan itu, akhirnya diganti oleh salahsatu dari orang kepercayaannya yaitu Margadati, sebagai penerus kekuasaan.
Margadari yang mempunyai ide atau cara supaya terciptanya keserasian antara gerakan dengan alat musik awalnya hanya kayu yang berlubang. Karena proses alam yang dipakai dipukul dengan kayu hingga keluar bunyi-bunyian. Jika mendapatkan hewan buruan, mereka menari-nari berkeliling sambil memakai topeng dengan atributnya bedanya Margadati menambahkan kolotok Kayu yang digoyang-goyangkan sebagai alat musik tambahan pengiring tarian dan juga kayu yang berlubang memanjang dipukul-pukul menjadikan suara riuh rendah, karena suara yang dikeluarkan dari alat musik itu Margadati memanggil orang-orang yang memakai topeng beserta atributnya itu dengan sebutan BEBEGIG, yang awalnya dari kata BABAGUG atau NGABAGUG (diam tak bergerak) dibantu oleh Sanca Manik & Sanca Ronggeng juga Masyarakat yang ada diwilayah tersebut.
Keberadaan Bebegig di Desa Cempaka, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis
Bebegig sukamantri mulai di populerkan Pada tahun 1950an Oleh masyarakat setempat. Hingga kini masyarakat di bagian utara Ciamis masih menggunakan bebegig untuk memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Para pembuat kedok atau topeng bebegig pergi ke makam untuk menemukan suasana seram. Pengguna akan menyimpan kedok bebegig di makam hingga tiga hari. Dari pemakaman umum itu ratusan orang keluar dan berarak-arak keliling desa. Bebegig akan ditinggalkan di makam khusus setelah acara selesai.
warga menyakini bahwa bebegig merupakan lambang kemenangan. sebab pembuatan bebegig di ilhami wajah Prabu Sampulur yang memusnahkan kejahatan dan meminta imbalan untuk menguasai Pulau Jawa. Kemenangannya dikenang dengan membuat kedok wajah Prabu Sampulur. Bebegig direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan sekitar.
Keunikan Bebegig Sukamantri menggunakan rumbai-rumbai daun tanaman serta pada bagian belakang menggunakan kolotok mirip lonceng sapi, Berat topeng bebegik Sekitar 20 kg dan cara dipikulnya seperti ondel-ondel. inilah yang membedakan bebegig dan Barong dari Jawa dan Bali.
Dari segi bentuk topeng, topeng bebegik di ilhami dari tokoh bujang ganong pada kesenian reog ponorogo yang dibawa pada perang majapahit-sunda dibawah kepimpinan Hayam Wuruk, yang membedakaanya topeng bebegik ialah berukuran besar sedangkan topeng pada bujang ganong berukuran wajah manusia yang memudahkan penari untuk melakukan akrobatik.
Sumber Referensi dari :
* BebegigBlog
* WikiPedia
warga menyakini bahwa bebegig merupakan lambang kemenangan. sebab pembuatan bebegig di ilhami wajah Prabu Sampulur yang memusnahkan kejahatan dan meminta imbalan untuk menguasai Pulau Jawa. Kemenangannya dikenang dengan membuat kedok wajah Prabu Sampulur. Bebegig direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan sekitar.
Keunikan Bebegig Sukamantri menggunakan rumbai-rumbai daun tanaman serta pada bagian belakang menggunakan kolotok mirip lonceng sapi, Berat topeng bebegik Sekitar 20 kg dan cara dipikulnya seperti ondel-ondel. inilah yang membedakan bebegig dan Barong dari Jawa dan Bali.
Dari segi bentuk topeng, topeng bebegik di ilhami dari tokoh bujang ganong pada kesenian reog ponorogo yang dibawa pada perang majapahit-sunda dibawah kepimpinan Hayam Wuruk, yang membedakaanya topeng bebegik ialah berukuran besar sedangkan topeng pada bujang ganong berukuran wajah manusia yang memudahkan penari untuk melakukan akrobatik.
Sumber Referensi dari :
* BebegigBlog
* WikiPedia