Dia adalah Ujang Solehudin, seorang pria asal Desa Mandalae, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis hanya lulusan SMK dan baru berusia 21 tahun. Namun perjuangannya di dunia pertanian sudah bisa ia nikmati hasilnya. Dalam sebulan saja, ia bisa mengumpulkan 42 juta rupiah.
Bermodalkan uang hasil kerja selama dua bulan di sebuah perusahaan, Ujang memilih menekuni budidaya cabai pada tahun 2019.
Ia memilih tanaman cabai karena di samping mempunyai nilai jual yang tinggi, cabai termasuk bahan pangan primer yang sangat dibutuhkan, terutama dalam lingkup rumah tangga dan kuliner.
Ketika memulai budidaya cabai, Ujang menanam sebanyak 2.200 batang pohon cabai dalam satu lahan. Hingga dalam waktu tiga tahun tearkhir, usaha budidayanya ini berkembang dan sudah memiliki lahan yang luas.
Ujang saat ini telah menanam 20.000 batang pohon cabai di tanah seluas 1,5 ha dengan modal 100 juta rupiah untuk membeli batang cabe dengan harga 5000 rupiah per batang. Satu pohon cabai mampu memproduksi sebanyak 1 kg cabai, dengan durasi dua kali panen dalam waktu satu tahun. Bila dirata-rata, ia bisa menghasilkan 20.000 kilogram atau 20 ton cabai.
Taruhlah harga harga cabai adalah 20.000 rupiah, maka Ujang bisa mendapatkan omset 400 juta rupiah per satu kali lain. Bila kita kalkulasi, keuntungan bersih yang diperoleh Ujang bisa mencapai 300 juta per satu panen atau tujuh bulan sehingga pendapatan bulanan dia rata-rata 40 juta rupiah.
Di samping itu ia juga menyelingi lahan kebun atau sawahnya dengan menanam sayuran. Ia memilih menanam mentimun dan tomat karena perawatannya mudah dan tidak membutuhkan waktu lama untuk dapat dipanen.
Ujang Sholehudin pun mengaku menjadi petani tidak selamanya mulus. Jika rugi, bisa buntung namun jika berhasil, bisa sampai mendapatkan keuntungan berlipat. Namun keputusan dia meninggalkan dunia perusahaan dan memilih terjun ke dunia tani telah ia rasakan manfaatnya.
Alih-alih bekerja untuk memperkaya orang lain, Ujang lebih memilih bekerja sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya terlebih dahulu secara mandiri.
Keren!