Halo Kek, apa kabar?
“Sudah lama kita tidak bersua.
Sudah berapa tahun lamanya sejak engkau meninggalkan dunia?”
Apa kakek baik-baik saja di sana? Bagaimana rupa kakek sekarang? Apakah masih sama seperti ketika sedang bercengkerama denganku untuk yang terakhir kalinya? Yah, aku harap kakek sedang tersenyum menatapku sembari ditemani para malaikat surga. amin...
Sejak kepergian kakek, ada banyak hal yang terjadi di dunia ini. Aku sekarang sudah menjadi pria dewasa. Aku sudah tidak gemar merengek ataupun bermanja-manja. Aku juga sudah menyelesaikan sekolahku dan kini sedang berjuang menapaki karierku sendiri. Sungguh, aku ingin kakek masih ada di sini. Menjadi saksi pertumbuhan serta perjalananku hingga aku menjadi pria dewasa seperti sekarang ini.
Aku rindu usapan tangan kakek yang membelai lembut ubunku. Rindu juga dengan candaan ringan yang selalu kakek lontarkan. Dan kakek sudah banyak mengajariku banyak hal. Walaupun dalam hal menyuruhku, Tapi aku tidak keberatan. Dan aku juga senang. Bahkan, aku juga kangen saat kakek memberi nasihat yang itu-itu saja ataupun cerita masa muda kakek yang selalu diulang-ulang.
kakek adalah bagian penting dari pertumbuhanmasa kecilku. Aku masih ingat bagaimana dulu kita sering menghabiskan waktu
Pak'Engkus, masih ingatkah dulu kakek gemar membuat aku dan adik-adikku dibjaili olehmum Seperti sa'at kau menyuruhku untuk memegang setrum di motor. Aku tidak kesal, Aku bahkan senang melihat tawamu yang terbahak. Dan masih banyak lagi kejahilanmu sa'at mengajak main cucumu ini. Aku rindu sekali...
Aku juga masih ingat ketika hari libur tiba, aku selalu girang karena pasti kakek selalu mengajak ku jalan2, Ya walau pun sembari berbisnis Burung dan Ayam atau hak lain, Aku pun sedikit demi sedikit jadi mendapat pelajaran untuk bagaimana cara berbisnis.
Ah, betapa indahnya masa itu. Masa ketika aku masih bisa bermanja-manja dengan kakek.
Namun, ketika aku beranjak remaja dan dewasa, aku mulai sibuk dengan duniaku sendiri. Aku pun mulai jarang mengunjungimu.
Semakin aku beranjak remaja, aku semakin disibukkan dengan berbagai kegiatan serta banyaknya kawan yang aku miliki. Aku makin jarang mengunjungi kakek. Aku lebih memilih berbincang mengenai gosip terbaru bersama teman daripada bercengkerama bersama kakek membicarakan nostalgia kisah hidup kakek.
Kesibukanku pun makin menjadi. Atau lebih tepatnya kesibukan yang kubuat sendiri. Saat waktu berkumpul keluarga tiba aku enggan berpaling dari layar gadgetku. Aku terlalu tenggelam di dalam duniaku sendiri, aku tau kakek pasti kecewa. kakek sedih karena posisi kakek dengan mudah tergantikan oleh dunia maya yang bahkan tidak nyata.
Ya, kakek semakin merasa ditinggalkan sendirian. Aku bahkan sering mengabaikan pesan mama dan papa bahwa kakek rindu dan ingin bertemu ketika aku merantau. "Hey Ni, Yeuh Pak'engkus karunya eweuh nu nganteur cenah" Kata mamah sembari mengejeku, Karena jujur Waktu itu aku ngak beutah. tinggal di perantauan. Dan hhmmpp ibuku sepertinya tau kondisiku itu, Makanya ia menyindirku dengan kakek.
Aku berpikir usia kakek pasti masih panjang. Karena parasnya masih awet muda dan rambutnya hitam mengkikau. Sehingga aku terlalu mengabaikannya dengan berpendapat bahwa tidak masalah jika aku menghabiskan waktu demi berkumpul bersama kawan sejenak. Toh, masih ada cucu kakek yang lainnya seperti saudaraku Deni namanya, Selain aku Deni juga adalah Cucu kesayangan kakek ku waktu itu. Dan kita berdua hampir bermimpi untuk membuatkan kakek Rumah yang besar untuk kita tempati bersama. Namun, perkiraanku salah, usia kakek tidak sepanjang yang ku kira.
Ah, maafkan aku, kek. Dulu aku yang masih kecil masih belum mengerti betapa sakitnya diabaikan.
Hari itu akhirnya tiba. Hari dimana kesehatan kakek mulai menurun dan hanya bisa tergoler di atas pembaringan
Aku selalu mengutuki diriku sendiri hari itu. Aku tidak pernah mengharapkan hari itu akan ada di hidupku. Ya, hari dimana kesehatan kakek mulai menurun. Aku semakin bisa melihat dengan jelas jejak guratan menua di wajah kakek. kakek tidak lagi nampak sehat. kakek lebih banyak tergoler lemah di atas pembaringan. Bahkan, aku dan saudara-saudaraku harus menemani kakek. Aku selalu temani dan temani walau pun kadang aku egois lagi tapi aku sekarang berusaha untuk membantunya.
Bahkan aku tidak memiliki fotonya...
Saat kakek terbaring lemah, aku mulai menyadari bahwa aku tidak memanfaatkan waktu pertemuan kita di dunia dengan sebaik-baiknya. Aku membuang waktu yang berharga hanya demi bersenang-senang bersama kawan atau bahkan sibuk berkutat dengan dunia maya yang dirasa kurang perlu.
Maafkan aku kek, aku berharap diberi kesempatan sekali lagi untuk mengubah tabiatku. Jika bisa, aku ingin sekali lagi kembali ke masa lalu demi bisa mengulang waktu saat kakek masih ada.
Sekarang hanya tinggal rasa sedih dan menyesal yang masih tersisa
Sampai detik ini pun aku masih mengutuki diri sendiri. Aku masih menyesal kenapa aku tidak selalu berada di samping kakek. Kenapa aku memilih mengabaikan daripada menemani? Ya, mungkin rasa sesal lah yang kini menjadi alarm penanda bahwa aku tidak boleh mengabaikan lagi orang-orang kesayangan di dalam hidupku.
Ah, ya kek, taukah bahwa terkadang aku juga selalu cemburu jika ada satu dua kawan yang masih memiliki seorang kakek hingga detik ini? Ya, aku cemburu dengan kedekatan mereka, kenapa mereka masih memiliki kakek dan bahkan aku tidak pernah mengenal nenekku yang sudah dipanggil terlebih dahulu?
Semoga kakek ata PakEngkus dan Nenek atau Ni'Tasih ditempatkan di sisi Allah swt untuk menunggu kami anak dan cucumu kembali dan berkumpul bersama di Surga Amin.